Saturday, 2 June 2012

Adab ber-repeater-ria …..

Adab ber-repeater-ria …..

Pengantar:
Yup, demikianlah seharusnya — kegiatan ber‐QSO lewat re‐ peater hendaklah dilakukan dengan dan dalam suasana hati dan semangat yang penuh kece‐RIA‐an (walaupun MUNGKIN berita atau pesan yang disampaikan adalah berita duka yang tentunya  penuh  nuansa  ke‐duka‐an),  penuh  empati,  penuh tenggang rasa, dan … tentunya juga sepenuhnya TAAT ADAB, alias patuh terhadap etika  (ethics) dan etiket (etiquette) yang berlaku di lingkungan sesama amatir pengguna repeater. Dalam e‐QSP edisi KHUSUS ini, mari   kita cermati bersama beberapa DO(s) and DON’T(s) yang lazim berlaku dalam ber‐ olah‐repeater, seperti yang Editor kompail dan sunting   dari beberapa sumber.  [Ed.]

Apa itu REPEATER, kenapa Repeater diperlukan, dan bagaimanakah kerjanya?
Repeater adalah suatu sistim radio dua arah (two-way), yang menerima suatu pancaran di sebuah frekuensi, dan  kemudian  pada  saat  yang  sama  memancarkan ulang (to repeat = meng-ulang, repeater = pengulang)
apa yang di”dengar”nya di frekuensi lain,
Repeater diperlukan karena rig di mobil — atau HT yang di   tangan   —   mempunyai   keterbatasan   jangkauan, dalam  kaitannya  dengan  pancaran  sinyal  VHF/UHF yang terbatas pada line of sight (garis pandang) atau radio horizon (cakrawala radio), menuruti daya pancar TX, ketinggian dan jenis antena, serta sikon setempat yang terkait kemungkinan penyerapan RF yang keluar (terpancar) lewat antena.
Repeater menerima (menangkap) sinyal yang dipancar- kan oleh Rig atau HT yang dapat mencapainya, untuk kemudian dipancarkan kembali lewat pemancar den- gan daya yang cukup besar serta antena yang lebih efisien   —   misalnya   dengan   memakai  antena  ber- dBGain setinggi mungkin yang ditaruh setinggi mung- kin, melebihi ketinggian bangunan maupun kontur dan topografi  tanah  sekitar  (misalnya  di  puncak  MONAS atau di puncak bukit).
Untuk lebih meningkatkan efisiensi biasanya diguna- kan feeder line (saltran) yang rendah redamannya (low loss), misalnya dengan coax jenis Hardline (atau wave guide bagi repeater yang bekerja di band UHF).
Selain berdaya tinggi (100—200 watt) TX yang diguna- kan  untuk  me-mancar  ulang-kan  dan  RX–nya  harus dari jenis yang bertingkat kehandalan tinggi dan sang- gup untuk bekerja terus menerus  (heavy & continuous duty)
Gambar  1  berikut  adalah  bagan  sederhana dari  sebuah  sistim repeater,  yang disamping TX dan RX terdiri dari komponen-komponen dasar sbb. :


Antena
Hampir semua repeater menggunakan hanya satu antena yang ber-bandwidth lebar (untuk mencakup ren- tang frekuensi RX dan TX yang berselisih ratusan KHz). Seperti juga TX (dan RX) yang digunakan, antena untuk repeater harus dari jenis yang efisien, kokoh dan mampu bekerja secara heavy duty (termasuk juga ke- mampuan menghadapi terpaan angin, hujan dan mungkin juga petir karena pemasangan di atas tower dan lokasi yang setinggi mungkin untuk mendapatkan jangkauan yang sejauh mungkin pula).

Duplexer
Di  samping  TX  dan  RX,  Duplexer  adalah  salah  satu komponen aktip lain pada sebuah sistim repeater; Duplexer memungkinkan dipakainya hanya SATU ANTENA untuk menerima dan memancar, dengan memisahkan dan mengisolir sinyal yang diterima dari sinyal yang dipancarkan pada saat yang bersamaan (karenanya disebut sebagai pancaran DUPLEX sebagai lawan kata dari sebutan SIMPLEX, yaitu memancar dan menerima secara bergantian).
Duplexer menghindarkan TX  dari kemungkinan terpicu untuk memancar-ulangkan sinyal — yang diterima RX — selain sinyal yang memang diniatkan untuk dipancar- ulangkan.
Umumnya Duplexer “disimpan” dalam tabung silindris dari aluminium, tembaga atau stainless steel dengan diameter 15-20 cm, dan dirancang sebagai filter (tapis) untuk  melalukan  atau  melewatkan  (to  pass)  sinyal pada rentang frekwensi yang sangat sempit, dan menolak/mencegah (to reject) sinyal diluar rentang frekwensi tersebut.
Disamping bekerja sebagai bandpass dan band reject filters  secara  internal  (dalam  sistim  itu  sendiri),  Duplexer juga mengeblok masuknya sinyal kuat dari pe- mancar (atau sesama repeater) yang lokasinya ber- dekatan.

Controller
Inilah “otak” dari repeater, yang berfungsi a..l. untuk “mengontrol” pancaran ID/callsign   dengan CW, atau sekedar TONE, atau voice pada saat atau interval ter- tentu, mengaktifkan (atau justru meng-non aktifkan) TX atau   RX   pada   saat   yang   diprogram   sebelumnya (misalnya  kalau  RX  menerima  splatter  yang  terlalu kuat), serta beberapa fungsi lain tergantung seberapa canggih dan kompleksnya repeater itu dirancang. Beberapa repeater ada yang dilengkapi misalnya de- ngan DVR (Digital Voice Recorder) untuk pada interval tertentu  mengumumkan  sesuatu  di  samping  hanya sekedar memancarkan ID.

Offset
Repeater  menggunakan  dua  frekuensi  yang  berbeda untuk masing-masing frekuensi TX dan RX agar dapat mendengar dan memancar pada saat yang sama.
Di band 2m beda frekuensi ini (disebut juga offset fre- quency) = 600 KHz (atau kc/kilo cycle), yang dibeda- kan antara negative dan positive offset.
Di bawah 147 MHz dipakai negative offset, di mana frekuensi RX = 600 kc DI BAWAH frekuensi TX, sedang- kan pada 147 MHz dan di atasnya frekuensi RX = 600 kc DI ATAS frekuensi  TX atau positive offset.
Contoh: kalau frekuensi TX = 146.840 MHz maka fre- kuensi RX = 146.240 MHz (600 KHz lebih rendah). Kalau dial rig atau HT menunjukkan frekuensi 146.840 MHz (frekuensi TX repeater), saat anda memencet tom- bol ON pada mikrofon maka radio anda akan secara otomatis memancar pada frekuensi 146.240 MHz. Kalau tombol ON dilepas, maka otomatis pula rig/HT akan  kembali  menerima  pancaran  pada  frekuensi 146.840 MHz.
Di beberapa Negara, bahkan di beberapa call-area di dalam negeri mungkin offset frequency di-set  berbeda (misalnya 500 KHz), jadi silah dicek sendiri dulu offset frequency di lokasi masing-masing

PL atau CTSS Tone
PL adalah singkatan Private Line, sebutan yang dipakai pada produk-produk Motorola bagi fitur yang oleh pabrikan lain disebut CTSS atau CTCSS (Continuous Tone-coded Squelch System) atau sistim squelch (mematikan RX) dengan kode tone yang berkesinam- bungan, suatu fitur yang digunakan untuk mencegah repeater   “melayani” sinyal-sinyal yang tidak dikehen- daki atau QRM yang berlebihan.
Dengan fitur ini repeater hanya dapat diakses oleh  rig/ HT yang dapat mengirimkan tone tertentu.
Contoh: Kalau repeater di-set untuk hanya terpicu (untuk memancar ulang) kalau RX-nya menerima misal- nya PL Tone 136.5 Hz (hertz), maka TX  pada repeater tersebut hanya akan bekerja (activated)  kalau diakses dengan rig/HT   yang dapat di-set atau dilengkapi de- ngan PL tone 136.5 Hz pula. Dengan kata lain, kalau rig/HT anda tidak memancarkan  tone 136.5 Hz, maka RX pada repeater tidak akan ”mendengar” pancaran anda, dan tentunya repeater tidak akan melayani pang- gilan  anda.  Karenanya,  repeater  yang  dilengkapi  PL atau CTSS (atau CTCSS) disebut juga repeater yang eksklusip atau tertutup.

ADAB ber-repeater
1.  SEBELUM “masuk” ke frekuensi repeater, sempat- kan untuk MONITOR, monitor dan monitor (LISTEN, listen and listen), untuk memastikan bahwa re- peater tidak sedang digunakan (idle).
2.  Kalau  sudah  pasti  repeater  sedang  idle,  pencet mike  anda  selama  1-2  detik  untuk “membangunkan” repeater yang anda tuju (dan memastikan bahwa sinyal anda cukup kuat untuk membangunkan repeater tersebut). Kemudian panggil setasiun yang anda cari, dengan cepat tapi jelas dengan satu dua kali menyebut call sign lawan diikuti call sign anda sendiri (contoh: YBØCOX, Yan- kee Bravo Zero Charly Oscar X-ray, this is (= di sini) YF1AR …).
3. Kalau YBØCOX tidak merespons pada panggilan pertama,   dengan   mengambil   jeda   10-15   detik ulangi  kembali  panggilan  anda.  Biasakan  untuk tidak memanggil lebih dari dua kali.
4.  Kalau sudah pasti YBØCOX tidak mendengar pang- gilan anda, seperti juga pada waktu anda “masuk”, pamitlah baik-baik dengan menyebutkan: YF1AR clear ….. Dengan demikian setasiun lain, yang mungkin “antri” di belakang anda akan tahu bahwa anda sudah tidak akan menggunakan repeater dan dia (atau mereka) mendapat kesempatan untuk menggunakannya.
5.  Kembali ke langkah awal (1), kalau anda mendapati repeater sedang digunakan, pada saat jeda singkat antara dua transmisi, masuklah dengan cepat dan jelas dengan menyebutkan call sign anda: YF1AR ... Atau bisa juga dengan hanya menyebutkan dua huruf terakhir suffix anda: Alpha Romeo .. tapi laku- kan ini HANYA kalau anda tahu rekan yang sedang menggunakan repeater tersebut mengenal anda dengan baik, dan dapat langsung mengenali anda.
6.  Kalau salah satu dari setasiun yang sedang meng- gunakan repeater tersebut menerima sinyal anda dan mempersilahkan anda masuk, mintalah izin untuk memanggil rekan yang anda cari (YBØCOX) dan lakukan langkah 2 dan 3.
7.  Kalau YBØCOX tidak merespons, pamitlah baik-baik (dengan   imbuhan   ungkapan  terima   kasih   atau thank you), atau kalau anda memang menghendaki, mintalah izin untuk bergabung.
KENAPA harus ada jeda? Sederhana saja, ini untuk memberi kesempatan untuk rekan lain yang ingin (atau perlu) menggunakan repeater (misalnya dengan emer- gency traffic/berita darurat), ataupun sekedar ingin bergabung.
Pada beberapa repeater yang dilengkapi dengan timer, (yang selain untuk mencegah penggunaan repeater yang  berkepanjangan  —  misalnya  untuk  ragchewing dan “mojok”, juga untuk menghindarkan gejala over-
heating pada perangkat aktip di repeater itu sendiri karena pemakaian yang terus menerus/continuous duty), juga untuk memberi kesempatan bagi repeater untuk re-set.
8.    Dalam  menggunakan  repeater,  usahakan  untuk membatasi pembicaraan sesingkat mungkin.
Kalau anda dan rekan (atau rekan-rekan) terlibat dalam sebuah round-table (pembicaraan meling- kar secara bergantian) dan yakin bahwa anda dan rekan(s) berada dalam jarak line-of-sight (atau radio horizon), SEGERA-lah anda ajak rekan(s) untuk pindah ke frekuensi simplex untuk ber-QSO secara langsung.
9.    Kalau anda “terpaksa” harus berlama-lama meng- gunakan repeater, JANGAN lupa untuk menyebut- kan ID anda pada interval tertentu, misalnya pada akhir 2-3 kali pembicaraan.
8.   JANGAN pernah “buka warung” di frekuensi re- peater dengan memangggil “buta”, misalnya de- ngan menyebut: CQ CQ CQ this is YC3BX….. .
Kalau anda hanya sekedar hendak memberitahu- kan keberadaan anda dalam jarak jangkauan re- peater (misalnya di pagi hari, begitu anda masuk ke mobil untuk berangkat ke kantor dan bermak- sud untuk “membangunkan” rekan(s) sesama kelompok (gank) anda, cukup anda lakukan lang- kah 1 (monitor) dan kalau pasti repeater tidak ada yang menggunakan, silahkan anda masuk dengan menyebutkan ID anda, misalnya: selamat pagi, di sini YC3BX …..
10. JANGAN  pernah  menggunakan  kata  BREAK, apalagi BREAK BREAK BREAK untuk masuk atau menyela pembicaraan yang sedang berlangsung di frekuesi repeater.
INGAT, anda adalah seorang OPERATOR amatir radio, dan bukan sekedar seorang breaker.
11.  JANGAN menyia-nyiakan penggunaan repeater de- ngan menanyakan (atau memberikan) Signal Re- ports. Saat anda mencoba masuk ke frekuensi repeater dan sinyal anda tidak cukup kuat untuk menembus ambang/threshold penerimaan RX di repeater, atau audio anda cacat, rekan yang moni- tor atau sedang menggunakan repeater akan membertahukannya kepada anda (misalnya de- gan: maaf, rupanya sinyal anda masih belum cu- kup baik untuk membuka repeater dengan   sem- purna, silahkan anda periksa perangkat anda atau anda coba lagi pada kesempatan lain (atau jeda berikut) …..
Dengan demikian, kalau anda sudah masuk (atau diterima  untuk  masuk) dan QSO sudah berjalan dengan baik, itu berarti sinyal anda diterima (dan anda menerima sinyal lawan) dengan 5/9, FULL ...

Emergency Calls (panggilan/pesan darurat)
Kalau anda mencoba masuk ke repeater dengan membawa pesan/berita darurat (misalnya saat anda meli- hat terjadinya kecelakaan), masuklah pada saat jeda dengan menyebutkan: … Emergency ..., di sini YD3UYF dengan berita darurat ….
Siapapun,  baik  yang  sedang  menggunakan  repeater atau  hanya  kebetulan  sedang  monitor  frekuensi  re- peater, WAJIB untuk menerima dan memberikan anda kesempatan untuk menyampaikan pesan anda. Sampaikan berita anda dengan menggunakan bahasa Indonesia secara singkat dan padat, tapi cukup mem- berikan rincian (DETAIL, DETAIL, DETAIL) dari peristiwa atau kecelakaan yang anda lihat atau alami.
Sebutkan dengan jelas dan rinci lokasi (JANGAN seke- dar menyebut jalan tol JAGORAWI, tapi sebutkan pada KM berapa, atau landmark yang jelas seperti 200 mtr sebelum exit Sentul ..), penyebab kecelakaan (misalnya tanah longsor, tabrakan ..), jumlah korban, dan per- tolongan apa yang diperlukan (atau ditil lainnya)
Dalam menyampaikan berita, usahakan untuk mem- beri jeda dengan membagi berita anda dalam be- berapa kelompok kalimat. Ini untuk memastikan berita anda sudah diterima dengan  “s e m p u r n a”  oleh dan di setasiun lawan, dan memberi kesempatan bagi penerima berita untuk mencatatnya (kalau memang perlu, misalnya untuk direlai ke POLSEK, 118, UGD Rumah Sakit terdekat dsb.)

Penggunaan kata MAYDAY
Mayday  adalah  ungkapan  lisan  pengganti  kethukan SOS dalam mode CW,   yang berarti “Save our souls” atau “Selamatkan jiwa kami”, jadi gunakanlah istilah ini untuk masuk ke frekuensi repeater HANYA sewaktu menyampaikan  berita  yang  menyangkut  hidup  atau mati   (traffic   of life-or-death importance)   seseorang atau sekelompok orang, misalnya pada saat anda meli- hat seorang peterjun payung yang payungnya tidak terbuka dengan sempurna, seorang atau beberapa orang tercebur sumur yang mengandung gas racun, pesawat jatuh atau perahu nelayan tertabrak kapal tanker, dsb.
Masuklah dengan menyebutkan Mayday Mayday May- day, this is (= di sini) YB1LZ ...
Kalau anda tidak mendapat respons, SEGERA cari fre- kuensi repeater lain, baik yang anda sudah cukup ke- nal  (ada  di memori  rig anda),  ataupun  repeater  ter- dekat dan paling dulu bisa anda “buka”.

Kesimpulan:
Hampir semua butir adab atau etiket ber-repeater sifatnya mengutamakan saling tenggang rasa, yang meru- pakan karakter dasar seorang amatir radio yang secara singkat dapat disimpulkan sbb.:
1. MONITOR baik-baik sebelum masuk ke frekuensi repeater, untuk memastikan repeater sedang idle (tidak ada yang menggunakan).
2.  Bicaralah secara singkat, jelas dan padat, JANGAN bertele-tele.  Ingat,  mungkin  ada  rekan  lain  yang pada saat yang sama juga memerlukan peng- gunaan repeater untuk hal-hal yang sifatnya lebih penting dan mendesak/urgent.
3.  Selalu sempatkan untuk memberi JEDA untuk mem- beri kesempatan bagi rekan lain untuk masuk.
4. Biasakan untuk selalu menyebutkan ID masing- masing pada interval tertentu.
5. Utamakan untuk memberi kesempatan bagi rekan dengan Emergency traffic, dan usahakan untuk- membantu semaksimal mungkin (misalnya dengan menghubungi Polisi, Rumah Sakit terdekat, mengu- payakan donor darah dsb. pada saat terjadi kecelakaan lalu lintas)
Sebagai seorang amatir radio ingat selalu kode etik pertama   (berjiwa   perwira)   dan   ke   empat   (ramah tamah), serta utamakan untuk saling bertenggang rasa dalam ber-repeater-ria …… ■

No comments:

Post a Comment