Friday 7 September 2012

QSL cards of the month

QSL cards of the month


O B I T U A R I .....


O B I T U A R I .....

1 Agustus 2012: Harold Allen W4MMC, Senior Scientist pada NASA dan JPL.
Harold terlibat aktip a.l. pada proyek menembakkan sinar laser ke permukaan bulan (untuk mengamati selebar apa jadinya berkas sinar laser sesudah menempuh jarak Bumi- Bulan); memecahkan masalah  sistim pelindung panas (heat shield) pada Space Shuttle; serta beberapa misi pengiriman wahana penelitian ke planit Mars (a.l. Viking Lander).

7  Agustus  2012:  Sir  Bernard  Lovell,  astronomer, pendiri Observatorium  Jodrell  Bank di Cheshire  (UK) pada usia  98 tahun.
Kompleks  Jodrell  Bank  didominasi  oleh  teleskop  dengan jarak fokus (focal length) 76 mtr (250 ft) yang di tahun 1945 dirancangnya bersama koleganya Sir Charles Husband. Sejak itu Jodrell Bank seolah jadi ikon keunggulan Kerajaan Inggris di bidang science & engineering.
Ketika diresmikan pada tahun 1957, teleskop ini merupakan yang terbesar di dunia, dan beberapa hari sejak diresmikan berhasil menjejaki roket yang menempatkan Sputnik 1 ke orbitnya mengelilingi bumi — yang menandai awal dari era penjelajahan ruang angkasa.
Saat ini teleskop di Jodrell Bank masih merupakan ketiga terbesar di dunia, Serangkaian upgrades menjadikannya sebagai salah satu pemain utama dalam berbagai riset ten- tang pulsars, yang merupakan bagian dari kajian atas ilmu fisika modern, termasuk teori relativitas dari Einstein.
Tahun 2011 Jodrell Bank dimasukkan dalam  shortlist World Heritage Site (warisan dunia) di bidang riset dan edukasi.

25 Agustus 2012: Neil A. Armstrong (82 tahun) astro- naut — yang pada 20 Juli 1969 sebagai awak Appolo 11 menjadi manusia pertama yang meninggalkan jejak tapak kaki di permukaan Bulan.


Untuk menghormati pahlawannya, pada hari pema- kamannya, NASA mengeluarkan Statement sbb.:
Source: NASA HQ; Posted Friday, August 31, 2012

WASHINGTON -- Today, we pay tribute to a pioneering American; an explorer, a patriot and an individual who, with 'one small step,' achieved an impossible dream. Family,  friends  and  colleagues  of  Neil's gathered  to reflect on his extraordinary life and career, and offer thanks for the many blessings he shared with us along the way.

His remarkable achievements will be forever remem- bered, and his grace and humility will always be ad- mired. As we take the next giant leap forward in hu- man exploration of our vast universe, we stand on the shoulders of this brave, reluctant hero.
Neil Armstrong's first step on the moon paved the way for  others  to  be  the  'first'  to  step  foot  on  another planet. We have an obligation to carry on this uniquely American legacy.
A grateful nation offers praise and salutes a humble servant who answered the call and dared to dream .. ■


Neil A. Armstrong beristirahat di Modul Pendarat (Lunar Module) di permukaan Bulan segera sesudah menyelesai- kan “misi” jalan-jalan atau moonwalk-nya . (Credit: NASA)

Ucapan Armstrong saat dia menjadi orang pertama yang pernah  menapakkan  kaki  di  bagian  planit  (bumi)  yang “lain” ... : "That is one small step for (a) man, one giant leap for mankind," kini sudah menjadi bagian dari sejarah ke- manusian.
Kalimat singkat yang dipancarkannya dari  Laut Ketenangan (Sea of Tranquillity) itu bak klimaks dari upaya dan harapan berjuta  manusia  serta  curahan  anggaran  bertriliun  dollar yang dikucurkan para pembayar pajak di AS. Sepenggal kali- mat yang tertulis pada sekeping plaket yang juga ditinggal- kan di dekat jejak tapak kakinya yang berbunyi: “We came in peace for all mankind," seakan menegaskan bahwa Arm- strong dan rekannya Edwin "Buzz" Aldrin berada di sana se- bagai perwakilan dari seluruh penghuni planit Bumi.
Neil A.  Armstrong  meninggalkan  seorang  isteri,  dua  orang anak, 2 orang anak angkat,10 cucu, seorang adik laki-laki dan perempuan.
Neil lahir pada 5 Agustus 1930 di Wapakoneta, Ohio. Ia men- dapatkan S1 di bidang aeronautical engineering dari Purdue University dan S2 di bidang aerospace engineering dari Uni- versity of Southern California.
Berdinas sebagai penerbang Angkatan Laut (1949 -1952), selama Perang Korea ia terlibat dalam  78 operasi.
Tahun 1955 ia bergabung ke National Advisory Committee for Aeronautics (NACA) — cikal bakal dari NASA yang ada sekarang — sebagai pilot peneliti pada Lewis Laboratory di Cleveland.
Armstrong  kemudian  dipindahkan  ke  NACA's  High  Speed Flight Research Station di pangkalan Edwards, California. Sebagai pilot dia berada di jajaran terdepan dalam pengem- bangan berjenis pesawat, seperti X-15 (pesawat eksperimental  yang  dapat  terbang  pada  kecepatan 4,000 mph) dan lebih dari 200 jenis jet, pesawat bertenaga roket, helikopter, gliders dan sebagainya.

Armstrong terpilih jadi astronaut pada 1962, dan pada 16 Maret 1996 terbang sebagai komandan misi Gemini 8. Bersama astronaut David R. Scott ia melakukan uji coba awal bagi  penggandengan  (docking)  di  ruang  angkasa,  dengan satelit Agena sebagai sasaran penggandengan.


W6VIO             USA
JET PROPULSION LABORATORY ARC PO BOX 842
La Canada, CA 91012, USA
QSL-card dan mailing label W6VIO di QRZ.com (baca berita tentang “ulah” mereka pada Proyek Curiosity di halaman 1)

Kurang dari sejam sesudah berhasil docking, Gemini 8  ber- putar-putar (rolling) tak terkendali, bahkan saat mekanisme penggandengan dinon-aktipkan perputaran sempat menca- pai  1x  putaran/detik.    Rupanya  salah  satu  dari  16  retro rocket  Gemini terpicu untuk menyala oleh hubungan pendek pada rangkaian listriknya.
Sesudah +/- 30 menit berjuang dengan mengaktipkan be- berapa retro-rocket lainnya, Armstrong berhasil meng-stabil- kan Gemini, dan sesuai prosedur keselamatan (terkait retro- rocket yang diaktipkan sebelum waktunya) memutuskan untuk membatalkan misi dan kembali ke Bumi. MIsi berakhir dengan selamat dengan terceburrya Gemini 8 ke zona pen- daratan darurat di Pasifik  Barat,  mengakhiri penerbangan dramatis selama 10 jam 41 menit.
Apollo 11 diluncurkan pada 16 Juli 1969, dengan awak Neil Armstrong, “Buzz” Aldrin dan Mike Collins (Collins tinggal di Command Module yang mengorbit bulan saat Armstrong dan Aldrin berhasil mendaratkan modul pendarat Eagle di permu- kaan Bulan dan mengirim pesan radionya: "Houston ...., Tranquillity Base here ... The Eagle has landed ..."
Armstrong dan Aldrin menghabiskan sekitar 2 jam melaku- kan tiga eksperimen ilmiah serta mengumpulkan +/- 25 kg bebatuan Bulan. Hari berikutnya, sesudah menghabiskan 21 jam 37 menit  di Bulan, mereka menyalakan roket Eagles untuk bergabung kembali dengan Collins di Command Mo- dule, untuk kemudian di bawah koordinasi Houston kembali ke Bumi. Mereka mengakhiri misi 8 hari Apollo 11 dengan mencebur ke Pasifik, dekat kapal induk USS Hornet di mana President Richard M. Nixon sudah menunggu di dek untuk
mengelu-elukan ketiga pahlawan AS itu. ■


Antena QUAGI


obrolan  AntennaManIa

Antena QUAGI

The quagi antenna in my opinion is the perfect choice if you are looking for an easy to home brew and to construct, high gain, inexpensive 2m, or any VHF/UHF antenna [citing ‐ with a bit editing –John C Bradley KU4AY in his http://ku4ay.net/quagi.html].

Dengan sedikit menyunting alinea pembuka di laman John C Bradley KU4AY seperti di atas, memang Penyunting juga bersetuju bahwa Gain Antenna untuk band 2m yang pertama terbayang (kalau ada yang menanyakan) adalah Antena QUAGI, yang -- sesuai na- manya -- kinerjanya merupakan kombinasi optimal (kalau didisain secara optimal pula) dari kinerja antena Full wave (1λ) Quad Loop dan antena Yagi.
Dalam konfigurasi yang paling sederhana, taruhlah dengan sebuah Quad Loop sebagai DE/Driven Element dan 3 bh parasitic elements sepanjang 1/2λ yang masing-masing berfungsi sebagai REFlector (1 bh) dan DIRector  (2 bh),  paling  tidak  sudah  bisa  diharapkan perolehan Forward Gain sebesar:
1λ Loop DE                   2  dBd 
REF                                3 dB 
DIR 1                             5  dB 
DIR 2                             2  dB
---------------
Total                            12 dB

= faktor penguatan sebesar 15.8 x

Dengan demikian, di setasiun lawan pancaran dari se- buah pemancar berdaya 5 watts akan diterima SAMA
‘njlegurnya dengan pancaran dari pemancar berdaya paling tidak 75 watts)


Gambar 1 – Antena QUAGI dengan konfigurasi
REF – DE - DIR 1 - DIR 2

BAHAN PEMBUATAN :
Antena ini tetap bisa berkinerja nyaris sempuna (sesuai harapan) walaupun dibuat dari bahan-bahan yang bisa dibilang seadanya, misalnya :

 elemen  Quad  dibuat  dari  kawat  tembaga  #  12  (2 mm) bekas/sisa-sisa kawat gulungan dinamo, atau “belahan” kabel speaker 2x32 atau 2x50 (pokoknya kawat berisolasi)
 elemen parasitik dibuat dari kawat las atau alumin- ium rod atau tubing diameter 3 - 5 mm,
 spreader atau perentang dari sumpit (atau belahan bambu yang diserut),
 Boom dari pipa PVC 1/2” – 3/4” (usahakan untuk mencari yang Type AW, yang berdinding tebal).
 Element-to-Boom mounting bracket:
+ elemen parasitik bisa langsung dimasukkan ke Boom  pada  lubang-lubang yang lebih dahulu  di- siapkan dengan mengebor Boom pada titik-titik yang sudah ditetapkan. Hanya saja, dengan cara ini sekali elemen terpasang maka tidak mungkin (atau susah) kalau harus melakukan adjustment dengan memaju-mundurkan posisi elemen pada Boom. Untuk mengatasi ini di pasaran banyak di- jual dudukan  elemen Yagi 2-meteran dari alumin- ium  cor-coran,  atau  pakai  saja  sisa-sisa  atau bekas antena TV – syukur-syukur kalau   bisa ne- mukan yang ex era TV masih di band VHF – yang terbuat dari plastik.
+  elemen Quad: di pasaran juga dijual (walau men- dapatkannya tidak semudah seperti mencari yang untuk Yagi) spreader hub (bentuk X pada Gambar, sebagai ”dudukan” spreader ke Boom) untuk an- tena Quad yang terbuat dari aluminum cor. Kalau tidak bisa didapat, bisa saja dipakai   dari T-doos cabang-4 merk Clipsal, yang tentunya akan pas banget kalau spreadernya juga dibuat dari pipa conduit merk Clipsal (walau sebenarnya agak ke- gedean kalau untuk bikin Quad 2 meter). Dalam keadaan tertutup (aslinya tutup tersebut disekrup ke “wadah”nya)  dengan sedikit berhati-hati – su- paya jatuhnya bisa pas di tengah – bikin lubang tembus pada kedua muka wadah sebagai lubang masuk bagi Boomnya..
Untuk pemakaian dalam jangka waktu lama, sebagai Boom pipa PVC merk apapun akan melengkung sesu- dah  2-3  bulan  terdadah  terpaan  panas-hujan-cuaca (dan terutama sinar UV), karenanya sebaiknya masuk- kan dowel (atau batang kayu reng yang dibubut) dari kayu keras (meranti, suren ... asal BUKAN jati atau kamper yang berat dan susah dikerjainnya) -- yang cu- kup kuat, tapi tetap ringan – ke dalam pipa. Supaya tidak ”oblak” dowel sebaiknya dilem dengan lem epoxy ke pipa PVC supaya bisa “duduk pas” di dalam pipa, dan ujung-ujung pipa ditutup dengan cap PVC yang sesuai supaya air (hujan, embun atau air sebagai hasil proses kondensasi alamiah) tidak bisa masuk.

Ukuran dan Rumus perhitungan:
Rumus-rumus berikut adalah rumus dasar yang umum dipakai dalam memotong kawat/pipa sebagai elemen antena.
Untuk penggunaan di band VHF, biasakan untuk mele- bihkan pemotongan barang 5-10 cm sebagai toleransi (karena lebih baik kepanjangan ketimbang ke- pendekan), untuk nantinya di-trim sewaktu proses pe-
nalaan.
1.  Elemen 1λ: Lmtr = 306.3/f
2.  Elemen parasitik (1/2λ): Lmtr = 143/f
(tambahkan 5% untuk REF, kurangkan 5% untuk DIR 1. DIR 2 = DIR 1 – 5%)
3.  Jarak/spasi antar elemen: 0.18 – 0.2λ (umumnya dipakai spasi  1/8λ,  kemudian adjustment  dilaku-
kan pada waktu penalaan untuk mendapatkan Forward Gain dan Front-to-back (F/B) ratio yang di- inginkan.
Sekedar sebagai contoh (dan rujukan untuk memband- ingkannya dengan hasil hitungan sendiri), berikut adalah ukuran-ukuran yang menurut David R Blaschke W5UN merupakan hasil hitungan-hitungannya dengan menggunakan program komputer (EZNEC) untuk fre- kuensi kerja di 144.100 MHz:

Element                     Posisi             Panjang Element pd Boom               (= Lmtr))
(cm dari
pangkal)
Reflector                   0.0000                2.143*) 
Driven Loop              41.275                2.094
Dir 1                          94.456                91.867
Dir 2                          178.276              91.572

Sedangkan perhitungan John KU4AY untuk frekuensi kerja di 147 MHz mendapatkan ukuran-ukuran sbb. :
Reflector                   0.0000                2.159*) 
Driven Loop              52.07                  2.032
Dir 1                          92.075                91.281
Dir 2                          175.895              90.805

*) David W5UN  dan  John KU4AY sama-sama  meng- gunakan 1 bh Quad loop sebagai REF, dengan masing-masing 6 bh (KU4KY) dan 9 bh (W5UN, lihat Gambar 2 berikut) DIR pada QUAGI mereka.
(di QTH masing-masing mereka gunakan beberapa buah  QUAGI  yang  di-stack  untuk  ber-QSO  pada moda EME/earth-moon-earth)
Pada suntingan ini [demi ke-mudah-murah-dan-efisien- an rancangan] alih-alih menggunakan Quad loop seba- gai REF, Penyunting lebih merekomendasikan untuk menggunakan  1/2λ  parasitic  element  saja,  karena (kecuali  ada  yang mengajukan  kilah atau  teori  lain) Penyunting merujuk ke Bill Orr W6SAI (SK) dan Lew Mc Coy W1ICP (SK) yang meng”hipotesa”kan: Pada se- buah antena (jenis apapun) yang diberi elemen parasi- tik berupa sebuah Director (DIR) atau Reflector (REF) akan didapatkan tambahan Gain sebesar 5 dB.
Perhatikan bahwa kedua empu per- antena-an tersebut TIDAK secara spesifik menyebutkan REF tersebut harus ber- bentuk sama dengan Driven element.
Dengan demikian, dengan merujuk ke butir 2 Rumus Perhitungan di atas, untuk frekuensi kerja 146 MHz bisa  dihitung  panjang  REF:  Lmtr   =    1.05  (143/f)  = 1.05*0.979 = 1.03 mtr.
Untuk jumlah DIR yang hanya 2 bh, Penyunting juga merujuk ke Orr W6SAI dan Mc Coy W1ICP pada ”hipo- tesa” mereka yang lain: Jika sudah ada sebuah DIRect- or (DIR-1) maka tambahan Gain pada penambahan DIR berikutnya (DIR-2, DIR-3 dst.) akan menunjukkan penurunan: tambahan DIR-2 menambahkan Gain 2 dB di atas perhitungan sebelumnya, sedangkan pada penambahan DIR-3 dan DIR-4 masing-masing DIR tambahan hanya menambah Gain 1 dB saja. Pada pe- nambahan DIR-5 dst. TIDAK lagi didapatkan penamba- han Gain yang menyolok/kentara.
Demikian pula: jika pada sebuah antena dipakai REF dan DIR bersama-sama, maka Gain dari REF yang se- mula 5 dB akan dihitung sebesar 3 dB saja.
[baca orèk-orèkan bam ybØko bertajuk:”Perhitungan Gain dan dB” di salah satu edisi lawas BeON]

PENGUMPANAN DAN PENALAAN:
Ada dua “madzab” di bidang cara pengumpanan antena QUAGI ini, yaitu :
1.  Yang menganggap Feedpoint impedance = +/- 50 ohm, sehingga bisa diumpan LANGSUNG dengan coax 50 ohm (mis.: RG-58, RG-8, 3D2V) panjang sebarang dari TX.
2.  Mereka yang biasa ”main” di HF akan menganggap Feedpoint impedance pada sebuah Loop = 70 –
100 ohm, sehingga pada feedpoint perlu diselakan Q-section (= impedance matching xfmr dari coax 75 ohm mis. RG-59, RG-6, 3C2V sepanjang 1/4λ, hi- tung dengan rumus Lmtr  = 75/F*VF)  SEBELUM di- konek coax 50 ohm panjang sebarang ke TX.



Gambar 2 – The W5UN 2m QUAGI          

Sesudah proses ‘ngebahan, memotong, mengkriya dan merakit  berbagai  komponen  antena  (seperti  elemen DE, REF, DIRs, Boom, berbagai mounting brackets: element-to-Boom, Boom-to-mast dsb.) selesai, taruhlah DE di posisinya pada Boom, kemudian posisikan Boom (dengan  digantung,  atau  di  klem  pada  mast/tiang) pada ketinggian 2 - 2.5 mtr DPT (sepantasnya saja lah, pertimbangkan kemungkinan untuk melakukan pe- nalaan dengan sekedar berdiri ’ngejinjit, dan tidak sampai harus naik ke atas dingklik, kursi atau meja).
Penalaan tahap awal dilakukan pada Quad loop seba- gai Driven Element, yang untuk amannya silahkan saja kalau mau menggunakan Q-section pada tahap pe- nalaan awal ini. Adjust  Lmtr  DE dengan memotong ka- wat sedikit demi sedikit sampai didapatkan penunjuk- an SWR yang paling rendah (tidak perlu 1 : 1) pada frekuensi kerja yang dikehendaki.
Pasangkan REF di posisinya, umpankan signal ke feed- point, kemudian maju-mundurkan posisi REF pada Boom sampai didapatkan penunjukan SWR yang SAMA dengan penunjukan SWR pada tahap penalaan per tama.
Lakukan proses yang sama – berturut-turut – dengan DIR 1 dan DIR 2, kembali untuk mendapatkan penun- jukan SWR yang seragam dengan SWR pada tahap penalaan pertama. Baru sesudah seluruh elemen ter- tala, adjust kembali Lmtr DE (SAJA) untuk mendapatkan SWR 1:1 (kalau bisa, tetapi kalau pada tahap penalaan pertama sudah bisa didapatkan SWR < 1 : 1.3. rasanya tidak perlulah terlalu ‘ngoyo untuk mendapatkan SWR 1 : 1 tersebut) !!!
Kalau punya Field Strength Meter, tahap penalaan bisa dilanjutkan untuk mendapatkan Forwad Gain dan F/B ratio terbaik yang bisa didapatkan dari rancangan se- derhana ini, dengan cara menggeser maju-mundur posisi parasitic elements pada Boom (atau – buat rekans yang bisa dan demen main dengan program simulasi  antena  seperti  MANNA  atau  EZNEC –  silah masukkan data/parameter di atas untuk kemudian di- optimize kerja dan kinerjanya).

SELAMAT BEREKSPERIMEN, dan silah me-NIKMAT-i hasil keringat anda sendiri ..... [Ed.]           

ENOLA GAY— Hiroshima, 6 Agustus 1945

Cuplikan SEJARAH

ENOLA GAY— Hiroshima, 6 Agustus 1945


2003: Pada sebuah pameran di National Air and Space Museum (NASM) dari the Smithsonian Institute di Washington, D.C.  Paul W Tibbet Jr ber- pose di depan pesawat pembom B29 Superfortress   bernomor lambung 82 yang sudah menjalani restorasi total.

Seperti terlihat pada foto, Enola Gay adalah nama yang tertulis pada dinding luar di bawah cockpit pesawat  B-29 Flying Superfortress yang dipiloti oleh Kol. Paul W. Tibbets Jr. K4ZVZ., yang memberikan nama ibunya Enola Gay bagi pesawat Bomber yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai pesawat yang menjatuhkan bom atom yang diberi nama sandi Little Boy (berkekuatan 15.000 TNT) di atas kota Hi- roshima, pada pagi hari tanggal 6 Agustus 1945.
Pesawat buatan pabrik Lockheed Martin di Bellevue, Nebraska ini diserah terimakan ke USAAF pada 18 Mei 1945. Sebelumnya, pada   9 Mei 1945 Tib- bets (yang pada waktu itu menjabat sebagai Komandan  Composite Group ke 509 di Penerbad (Dinas Penerbangan Angkatan Darat AS) memilih sendiri salah satu pembom B-29 dari 15 buah yang disiapkan untuk misi pemboman dengan bom atom.  Pada 14 Juni 1945 B-29 ini diterbangkan oleh komandan pesawat Kapt. Robert A Lewis dari pangkalan USAAF di Omaha ke pangkalan Penerbad AS di Wendover, Utah.

27 Juni 1945: pesawat diterbangkan Lewis ke pangkalan Guam (di Pasifik) untuk dimodifikasi pada perangkat pelepasan bom-nya, untuk kemudian pada 6 juli 1945 diterbangkan ke pangkalan North di P Tinian, Kep. Mariana. Nomor lambung (= Victor, squadron-assigned ID number) pesawat yang se- mula 12 pada 1 Agustus 1945 – karena alasan sekuriti – digantikan dengan nomor lambung 82 seperti yang sekarang terlihat di hampir semua foto.

Selama bulan Juli 1945 pesawat ini melakukan 8x penerbangan latihan dan 2x   pemboman “beneran” di atas kawasan industri Jepang di Kobe dan Na- goya, dan baru pada 31 Juli 1945 melakukan latihan bagi misi khususnya untuk menjatuhkan bom atom.

Sebelumnya, pada 26 Juli 1945 bom atom Little Boy seberat 10,000 pounds (4,500 kg) yang disimpan di kerat kayu berukuran 104 x  119 x  350 cm3  di dek kapal USS Indianapolis diturunkan di pangkalan Tinian.

5 August 1945: pada saat persiapan untuk misi pemboman pertama, Tibbets yang ditunjuk sebagai penerbang B-29 ini memberikan nama ibunya, Enola Gay pada B-29 pilihannya tersebut.
Menurut Gordon Thomas dan Max Morgan-Witts dalam bukunya Enola Gay: The Men, the Mission, the Atomic Bomb, Robert Lewis sebagai komandan pesawat “yang asli” kurang senang digantikan oleh Tibbets dalam misi yang begitu penting, dan cukup geram waktu di pagi hari 6 Agustus melihat tuisan itu terpampang di bawah kokpit pada kedua sisi ambung pesa- wat  [Tibbets sendiri, dalam sebuah wawancara sepulang dari misi bersejarahnya mengaku agak malu (a bit embarrassed) sudah  mengabadikan  nama  ibunya  untuk  misi  yang  secara tragis menentukan nasib   setidaknya 14.000 orang yang te- was di Hiroshima itu].

6 Agustus 1945, 02:45 waktu setempat: Enola Gay mening- galkan pangkalan di P. Tinian menuju Hiroshima. Dari keting- gian 9.450 mtr Bom atom bernama sandi Little Boy di- jatuhkan, dan meledak pada ketinggian 550 mtr di atas Hi- roshima pada jam 08:15 waktu setempat.
(dalam melakukan misinya, Enola Gay di”kawal” 2 buah B-29 lainnya: Necessary Evil yang membawa para pengamat ilmiah dan juru foto (militer) yang mengabadikan saat-saat pengebom- an serta dampaknya),  dan The  Great  Artiste yang  dilengkapi instrumentasi untuk mencatat dan mengukur berbagai parame- ter ledakan bom tersebut) .
[catatan:   pemboman atas Nagasaki pada 9 Agustus 1945 dilakukan oleh pembom B-29 yang lain: Bockscar dengan pilot Major Charles  W.  Sweeney,  yang  menjatuhkan  bom  nukir kedua dengan nama sandi  Fat Man (20.000 TNT).

Pada  misi  ini  Enola  Gay  (yang  dipiloti  komandan  pesawat Capt. George Marquardt berfungsi sebagai pesawat pengintai dan pengamat cuaca]

6 November 1945: Lewis menerbangkan Enola Gay kembali ke AS, ke pangkalan CG 509 yang baru di Roswell, New Mexico.

29 April 1946: Enola Gay meninggalkan Roswell untuk berga- bung  dalam  Operation  Crossroads (uji  coba  lanjutan  bom nukir di Atol Bikini) di Kwajalein. Walaupun tidak terpilih un- tuk menjatuhkan bom, Enola Gay baru meninggalkan Kwaja- lein pada 1 Juli (tepat pada hari uji coba dilakukan), dan sam- pai di pangkalan Fairfield-Suisun, CA pada hari berikutnya

24  Juli  1946,:  Enola  Gay  diterbangkan  ke  pangkalan  AU Davis-Monthan di Arizona sebagai persiapan untuk disimpan dan di-preservasi-kan.

30 August 1946, Enola Gay di”lepas” dari inventaris USAAF dan kepemilikannya dialihkan ke Smithsonian Institution,, sebuah institusi edukasi dan penelitian yang didanai peme- rintah AS (tahun 2011 Kongres Amerika menyetujui anggaran sebesar $797.6 juta bagi institusi yang mengelola 19 mu- seum, sejumlah kebun binatang dan 9 pusat penelitian yang tersebar dii Washington DC, Arizona, Maryland, Virginia, Pa-
nama dan New York, dengan > 137 juta items dalam koleksinya).

Pada 3 Juli 1949 Enola Gay diterbangkan Tibbets ke pang- kalan  Orchard Place di Park Ridge, Illinois, untuk diserah-terimakan ke fihak Smithsonian.

10 August 1960: para petugas Smithsonian mulai memre- theli Enola Gay untuk memudahkan proses restorasi, disusul dengan pengangkutan semua komponen ke fasilitas pergu- dangan Smithsonian di Suitland, Maryland.

5 December 1984: Pekerjaan restorasi mulai dilakukan di fasilitas Preservavi, Restorasi dan Penyimpanan milik Paul E. Garber di Suitland.

Melewati 300.00 jam kerja dan kritik dari khususnya kelom- pok the American Legion dan the Air Force Association yang mempermasalahkan tujuan restorasi (serta beberapa kali demo), pada 8 Agustus 2003 Enolay Gay dinyatakan 100% restored. Sejak 15 Desember 2003 sampai saat ini Enola Gay di”pajang” di annex museum Smithsonian yang baru dibuka tahun itu Steven F. Udvar-Hazy Center di bandara antarbangsa Dulles di Washington DC  ■

Paul Warfield Tibbets  Jr, K4ZVZ  (2003)


Lahir pada 23 Febr. 1915 di Quincy, Illi- nois, dari pasangan Paul Warfield Tibbets, Sr., dan Enola Gay née Haggard Tibbets lulus dari Western Military Aca demy di Alton, Illinois, dan kemudian ku- liah di University of Florida di Gainesville (1934). Tibbets sempat selama 3 semes- ter kuliah Kedokteran di University of Cin- cinnati untuk menjadi ahli bedah, sebelum berubah   pikiran   dan   akhirnya   memilih karir di bidang militer yang diawali sejak 25 February 1937, sewaktu bergabung sebagai kadet penerbang pada Satuan Udara Angkatan Darat AS (U.S. Army Air Corps) di Fort Thomas, Kentucky.

1938; dipromosikan jadi Letnan II dan ditempatkan di Kelly Field, Texas.

1942: Perwira komando pada Skwadron Pembom 340, Group  97 yang menerbang- kan pembom B-17 Flying Fortresses. Pada awal PD-II ditempatkan di pangkalan RAF/ Royal Air Force di Polebrook (UK), dan terlibat a.l. pada misi pemboman di Eropa dan Mediterranea Tibetts Jr kemudian ditempatkan di bawah Col. Lauris  Norstad,  Assisten  KaStaf  Op- erasi pada   Gugus Tugas ke 12 US Air Force, sampai dipanggil kembali ke AS untuk menjadi test-pilot pada pengem- bangan pesawat pembom B-29 Superfor- tresses.

Maret  1944:  Sesudah  setahun  terlibat dalam  pengembangan  dan  pengujian  B-29,  Tibbets  ditugaskan  sebagai  Direktur Operasi pada pusat pelatihan bagi awak B- 29 di bawah Brigjen Frank A. Armstrong di pangkalan (AD) di Grand Island, Nebraska.

27 April   1944: Tibbets dipilih (walaupun sampai 1 Sept. 1944 dia sendiri tidak me- ngetahuinya)  oleh  Jendral  Henry  H.  Arnold sebagai kandidat utama untuk  menjadi  komandan Composite  Group  (CG) 509.


1 September 1944 Tibbets resmi ditugaskan sebagai Ko- mandan CG-509 di pangkalan Wendover, Utah — dan men- jadi bagian dari proyek rahasia militer AS yang bernama sandi the Manhattan Project - yang sudah memasuki tahap akhir dalam pembuatan dan uji coba bom nuklir.
[Sebagai petinggi proyek, Tibbets yang mengaku sama sekali awam — bahkan pun dengan konsep dasar bom atom, diperbolehkan untuk membawa keluarganya tinggal di pangkalan Wendover.
Untuk menjaga kerahasiaan, seperti staf proyek lainnya ia harus berbohong ke keluarga dengan menyebutkan para engineers yang berbaju kerja/ apron putih-putih di kompleks itu sebagai ”pekerja kebersihan/sanitary workers”.
Suatu hari, saat Tibbets harus pergi ke Lab Proyek Manhattan di Los Alamos, New Mexico, isterinya menelpon “kantor” untuk melaporkan kebocoran di saluran pembuangan (drain) rumahnya. Telpon diterima salah satu “pekerja saniter” (seorang PhD di bidang fisika dan Doktor di bidang matematika terapan), yang dengan “seragam lengkap” ke- mudian datang ke rumah Tibbets dan memberes- kan kebocoran tersebut.
Baru kemudian — waktu Tibbets kembali ke kantor — terungkap bahwa “pekerja saniter” tersebut adalah  ilmuwan  Alan  van  Dyke,  konsultan  tehnik bagi Pimpro Manhattan: Oppenheimer dan Szilard.

9 Mei 1945: Tibbets memilih sendiri salah satu pembom B-29 dari 15 buah yang disiapkan untuk misi pemboman dengan bom atom.

5  Agustus 1945: di pangkalan North, Tinian (Kep.Mariana, Pasifik)  Tibbets  resmi  memberikan  nama  ibunya:  Enola Gay  pada B-29 s/n 44-86292 pilihannya.

6 Agustus 1945, 2:45 a.m: Tibbets menerbangkan Enola Gay meninggalkan pangkalan di P. Tinian, Kep. Mariana (Pasifik) menuju Hiroshima. Bom atom bernama sandi Little Boy dijatuhkan (dan meledak) di atas Hiroshima pada jam 08:15 waktu setempat.
Tibbets  TIDAK  PENAH  menyesali  keterlibatannya  dalam misi bersejarah ini. Pada sebuah wawancara di tahun 1975 dia menyatakan: “Saya bangga bisa mengawali segalanya dari nol,  ikut  merencanakan,  dan  melakukannya  sesem- purna mungkin ... Tiap malam (sesudah itu) saya selalu bisa tidur nyenyak”

Bulan Maret 2005 dia menegaskan lagi: ”Kalau anda menghadapkan saya pada sikon yang sama, saya akan melakukannya kembali”

Masih di tahun 2005 saat menghadiri pertunjukan perdana “Hiroshima: BBC History of World War II” TIibetts menyebut- kan bahwa saat bom yang dijatuhkannya tepat mengenai sasaran, dia merasa seolah terlepas dari beban (di pun- daknya): "Saya tidak emosional .... Saya melakukannya (dengan sukses), dan merasa begitu “lepas” (and I was so relieved), sesuatu yang mungkin tidak bisa anda pahami”
Sebagai penerbang Tibbets tercatat sebagai "the best flier in the Army Air Force". Salah satu yang mengkonfirmasikan hal ini adalah Jendral (AD) Dwight D. “Ike” Eisenhower (kemudian Presiden AS ke 34, periode 1953—1961), yang semasa PD II  bertugas sebagai Komandan Tertinggi Pasuk- an Sekutu di Eropa, dengan Tibbets sebagai pilot pribadi- nya di masa itu.

1 November 2007: Tibbets meninggal dalam usia 92 tahun di rumahnya di  Columbus, Ohio, sesudah sempat beberapa waktu dirawat di rumah sakit karena stroke dan gagal jan- tung.■

Thursday 6 September 2012

MIANGAS Island 5° 34' 02'' N 126° 34' 54'' E


HOT Issue .....            

MIANGAS Island
5° 34' 02'' N 126° 34' 54'' E

Persoalan “kedaulatan/sovereignty” NKRI atas P. Miangas kembali mencuat ketika pada postingnya di milis ORARI-news pada tanggal 07/08/2012 OM Kadek Kariana SP YB9BU [yb9bu@yahoo.com] mem-forward balasan surel yang diterimanya dari Roger Balister G3KMA, RSGB IOTA Manager tentang “temuan” OM Adhi YB3MM yang mendapati Miangas Island   dalam listing IOTA ternyata sudah dimasukkan sebagai bagian dari negara tetangga/DU-land (Subyect: Miangas Island OC-235 DU8-DU9 ?), yang dirangkum-sarikan sbb. :

On Friday, July 13, 2012 1:57 PM "Roger Balister" <g3kma@dsl.pipex.com> wrote: To: "Kadek Kariana SP" <yb9bu@yahoo.com>
Cc: "G3WKL, John Gould" <g3wkl@btinternet.com
...... I have done some research on Google and see that the island's sovereignty is still subject to dispute al- though I accept (that) you disagree. In cases such as this we normally adopt the following policy:
"No credit will be given for operations from the island named unless evidence is produced that the opera- tion was authorized by the government with de-facto control - copies of the license and permission to operate from the island are required. Nothing in the way that the island is listed should be taken to indi- cate the IOTA Committee's view as to the legal position on sovereignty."
As research appears to indicate that Indonesia has de-facto control, we will consider, when time allows, moving Miangas from OC-235 (Mindanao's Coastal Islands) to OC-209 (Talaud Islands).
..... Our general policy is as stated above. However in this case I ask you NOT to organize an operation for the IOTA Programme from Miangas. Neither amateur radio nor the IOTA programme should be used with the deliber- ate objective of promoting or reinforcing a country's territorial claim if it is known that, to do so, it is likely to cre- ate avoidable trouble .... [Roger Balister G3KMA, RSGB IOTA Manager, www.g3kma.dsl.pipex.com]

Menanggapi statement/pernyataan Roger Balister G3KMA: “the island's sovereignty is still subject to dispute“
tersebut di atas, dari beberapa posting — kutipan berikut rasanya patut disimak (dan ditindak lanjuti):

Wednesday, August 08, 2012 12:33 PM Hillery Mamora YDØDTC [yd0dtc@gmail.com] wrote:
..... Mengenai pulau Miangas, kalau kita flashback ke tahun 2009 saat muncul pembahasan atau ribut-ribut soal pulau Miangas di negara kita (setelah kasus Sipadan - Ligitan "diambil" Malaysia), pada dasarnya issue mengenai pulau Miangas yang di klaim negara Philippines tidak berlangsung lama karena memang secara hu- kum (Mahkamah Arbitrase Internasional) yang berhak atas pulau Miangas adalah Indonesia (qq Netherlands). (Lihat salinan hasil keputusan Mahkamah Arbitrase International 4 April 1928 tersebut di:
http://www.haguejusticeportal.net/index.php?id=5184

Memang argumentasi Filipina selama ini lebih menyangkut kepada EEZ (Exclusive Economic Zone) di sekitar pulau Miangas (yang) selalu diutak-utik oleh Filipina berada dibawah kedaulatannya karena jaraknya sangat dekat ke pantai Filipina. Tetapi hal ini sudah terbantahkan berdasarkan Protokol Perjanjian Ekstradisi Indonesia
- Filipina mengenai Definisi Wilayah Indonesia pada tanggal 10 Februari 1976. Artinya, pemerintah Filipina su- dah mengakui pulau Miangas dibawah kedaulatan NKRI. Bisa dilihat penjelasannya secara ringkas di:

Pulau Miangas adalah milik Indonesia didukung dengan bukti bahwa berdasarkan letak geografis, posisi Pulau Miangas (yang) berada di 5° 34' 02'' Lintang Utara dan 126° 34' 54'' Bujur Timur terdapat pada TD No. 056 dan TR No. 056, telah terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pulau terluar wilayah Negara Kesatuan Re- publik Indonesia dan merupakan milik sah Pemerintah Republik Indonesia, serta berdasarkan Protokol Perjan- jian Ekstradisi Indonesia-Filipina mengenai Definisi Wilayah Indonesia pada tanggal 10 Februari 1976 tersebut (yang) menegaskan bahwa “Indonesia adalah pemilik tunggal dari pulau yang dikenal dengan nama Pulau Mian- gas atau Las Palmas sebagai hasil putusan Mahkamah Arbitrase Internasional pada tanggal 4 April 1928”, serta dikuatkan dengan argumentasi historis-politis dan administratif.
Permasalahannya sekarang — (AFAIK) — perjanjian batas negara NKRI dan Filipina masih belum rampung sampai sekarang ...!? [Lerry]
Kembali menyangkut “sovereignty”, butir 28 pada Lampiran I — DAPTAR PULAU-PULAU KECIL TERLUAR, Pera- turan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2005 Tanggal 29 Desember 2005 jelas-jelas sudah men- cantumkan P. Miangas sebagai bagian tak terpisahkan dari Propinsi Sulawesi Utara.

Dalam rangka menindak lanjuti Keputusan MUNAS IX (REKOMENDASI butir 5 : Mendukung penyelenggaraan kegiatan IOTA di pulau-pulau terdepan dalam upaya menjaga keutuhan NKRI); serta RAKERNAS I Juli 2012 (kalau ada) dalam upaya untuk menggalakkan ekspedisi/IOTA ke pulau-pulau terluar/perbatasan tentunya SA- NGAT DIHARAPKAN campur tangan organisasi, dalam hal ini Kepengurusan/Bidang/Biro terkait di tingkat Pusat untuk mengklarifikasikan hal ini dengan Lembaga-lembaga Negara dan fihak-fihak terkait, serta pula di Forum Radio Amatir Internasional (seperti Roger Balister G3KMA sebagai RSGB IOTA Manager, IOTA Committee, IARU dsb.) [Ed.]

Ditdadadah ditdadahdit ditdahdidit





Berbagai cara dilakukan orang untuk menunjukkan eksistensinya, baik sebagai pribadi maupun mengatas namakan kelompoknya.
Salah satu cara yang terbilang unik (dan cerdik) adalah ulah para perancang CURIOUSITY, wahana penjelajah permukaan planit Mars dari NASA (gambar bawah) — yang Penyunting syak ada jugalah di antara mereka yang tergabung dalam W6VIO,  the JPL Amateur Radio Club Station .
Pada kembangan (thread) keenam roda besi ukuran 20” pada wahana tersebut dibuat lubang-lubang ber- bentuk kotak dan persegi panjang (square and rectangular - gambar atas) yang dikombinasikan dalam pola
dot & dash membentuk tulisan JPL, akronim dari Jet Propulsion Laboratory*) dalam kode Morse. Dengan demikian, kalau pada 20 Juli 1969 Neil Armstrong meninggalkan jejak tapak sepatunya di permukaan bulan, Curiosity akan meninggalkan jejak berupa huruf-huruf JPL   di dasar kawah Gale, yang jadi lahan penjelajahannya di permukaan planit Mars.


*) JPL (afiliasi California Institute of Technology) adalah pusat Riset & Pengembangan NASA di Pasadena, AS.
Gambaran artis dari CURIOSITY selagi men- jalankan misinya di permukaan Mars. Tembakan    laser    akan    meng”uap”kan (vaporize) selapis tipis dari bebatuan yang jadi obyek penelitian, dan dari warna uap- nya dapat dianalisa komponen/materi apa saja yang membentuk bebatuan tersebut.

Perlu waktu sekitar 14 menit bagi sinyal UHF dari Mars untuk mencapai Bumi — dengan menggunakan satelit Odyssey orbiter yang “mengapung” di orbit Mars seba- gai repeater — sehingga ada delay sekitar setengah jam bagi sebuah pertukaran informasi (atau data) dari permukaan Mars dengan pengendali misi di Bumi. Curiosity dilengkapi berjenis kamera yang bisa meng- ambil foto sebuah obyek dari berbagai sudut; dan de- ngan menganalisa foto jejak-jejak “tulisan” JPL terse- but   “pengemudi”   di   bumi   bisa   memperhitungkan berapa jarak yang ditempuh, kecepatan, dan arah ke- mana  Curiosity  bergerak.  Dari  hasil  analisa  itulah pengemudi  bisa  berreaksi  dan  memberi  “komando jarak jauh” apa yang mesti dilakukan Curiosity. 
[komentar  Penyunting:  CMIIW,  kecuali  kembangan pada 6 roda itu berrupa tulisan TAMMAT dalam huruf Latin biasa, rasa-rasanya jejaknya akan kelihatan TERBALIK,  sehingga  tuisan  JPL  jejaknya  akan  terbaca sebagai FPMN]
Dengan bobot hampir 900 kg (termasuk bobot berjenis in- strument penelitian, kamera, CPU, radio, dan sebagainya) Century laiknya seukuran mobil jenis City-car yang dilengkapi 6 roda.
Menempuh jarak +/- 570 juta KM (350,000,000 mi) yang ditempuhnya dalam +/- 8.5 bulan (launched Nov. 26, 2011, 15:02 UTC, Mars landing Aug. 6, 2012 05:17 UTC), misi uta- manya adalah untuk mendeteksi apakah di masa lalu Mars pernah   bisa   mendukung   kehidupan   bagi   makhluk dalam bentuknya yang paling sederhana (mis.: mikro- ba), dan apakah ada kemungkinan suatu hari di masa depan manusia (bumi) untuk hidup (dan bertahan) di sana.
Bagian-bagian Curiosity (lihat Gambar kiri,    bawah dan halaman   berikut)   bisa   dipadankan   dengan   bagian- bagian tubuh manusia: kepala (ada mata dan otak), leher, lengan dan tangan, kaki-kaki dan sebagainya. “Mata”nya adalah 17 buah kamera: HazCams (8), Navcams (4), MastCams (2), dan masing-masing 1 buah MAHLI, MARDI dan  ChemCam .
“Tangan”nya   dilengkapi berjenis bor, termasuk Penge- bor Debu (Powder Acquisition Drill System/PADS), pem- bersih debu (Dust Removal /DRT), sekop tanah, kamera untuk pengambilan foto-foto close-up (Mars Hand Lens Imager/MAHLI), dan Mars Descent Imager/MARDI dan dua buah instrumen untuk mendeteksi apakah Mars pernah mempunyai habitat yang mendukung kehidupan setingkat mikroba. Alat lain dapat mendeteksi adanya bebatuan atau mineral yang mengalami perubahan struktur kimiawi karena terdadah ke unsur hygrogen (dalam segala bentuknya, misal- nya senyawa air), sedangkan alat lainnya dirancang untuk mendeteksi  keberadaan  senyawa  karbon  (organik),  salah satu unsur utama kehidupan.
Pada MAST (= tiang) yang dapat menjulang ke atas sampai ketinggian  2.1  mtr  di  atas  tanah  terdapat  “leher”  dan “kepala” dengan 2 bh instrumen pengindraan jarak jauh: Mastcam untuk mendapatkan gambaran stereofonik dari permukaan tanah (terrain) di sekitar serta material yang di- kumpulkan oleh “tangan”; dan kamera ChemCam yang de- ngan tembakan sinar lasernya dapat menguapkan bebatuan pada jarak sampai sejauh 9 mtr dari posisi rover, dan dari uapnya dapat menganalisa dari elemen apa bebatuan itu terbentuk (lihat juga gambar di halaman 1 bawah).


Pada gambar juga bisa dilihat instrument yang diindikasikan sebagai REMS (Remote Enivironmental Monitoring System), yang terdiri dari beberapa instrument untuk mengukur pa- rameter lingkungan di Mars: kelembaban, tekanan, suhu, kecepatan angin dan radiasi ultra violet (kalaupun semua itu ada dan terdeteksi) yang merupakan partisipasi dari Ke- menterian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Spanyol dan Lembaga Meteorologi Finlandia.
Hazcams (Hazard avoidance cameras) terdiri dari 4 pasang kamera: 2 di depan dan 2 di belakang — untuk menghindari ancaman  keselamatan    pada  penjelajahan  Curiosity  serta pengarahan “tangan” robotik, terutama terhadap kemung- kinan benturan  fatal dengan bebatuan pada  APXS dan MAHLI yang berada di “ujung  terdepan” tangan itu. Kamera bekerja dengan memanfaatkan cahaya seadanya untuk  menangkap  gambaran  stereoskopik  dan  3-D  de- ngan cakupan 1200 sampai  sejauh 3 mtr.
APXS (Alpha Particle X-ray Spectrometer) dipakai untuk menganalisa dan memetakan spektrum sinar X yang di”pancar”kan sampel bebatuan untuk menentukan kom- posisi dari elemen-elemen yang dikandung sampel tersebut.


Yang   juga   menarik   untuk   diamati   adalah   unit   RTG (Radioisotop thermoelectric Generator) yang merupakan generator  berbasis  Radioisotope  power  systems  (RPS) yang   menghasilkan   listrik   dari   proses   pembusukan (decay)   alamiah   (non   fission   =   tanpa   reaksi   fissi/ pembelahan) dari Putonium-239. Panas yang dihasilkan dalam  proses  pembusukan  isotop  ini  dikonversi  jadi tenaga  listrik  lewat  proses  thermocoupling,  yang  dapat mencatu listrik secara konstan 24 jam sehari di sepan- jang musim. Produk samping proses ini berupa kelebihan panas disalurkan lewat pipa sebagai penghangat dibagian- bagian yang membutuhkan, mengingat suhu lingkungan di kawah Gale yang berkisar antara +30 sampai −1270 C.
RTG menggunakan 4.8 kg bahan bakar plutonium-238 diox- ide yang dipasok US Dept. of Energy (PLN AS), yang dikemas dalam 32 kubus seukuran ≈20 cm3,   dan dirancang untuk menghasilkan listrik 125 watt dari sekitar 2000 watt thermal power di awal misi. Output ini akan berkurang sepanjang masa pembusukan bahan bakar–nya, yang diperkirakan dalam waktu setidaknya 14 tahun outputnya tinggal sekitar
100 watt.
RTG  menghasilkan 9 MJ (= 2.5 kilowatt jam) per hari, yang digunakan  untuk  meng-charge  2  buah  batere  lithium-ion berkapasitas 2x 24 AH untuk memenuhi kebutuhan operasi seluruh peralatan yang ada.
Perangkat  COMM:  Curiosity  dilengkapi  perangkat  alkom berupa   X-Band Transceiver untuk komunikasi langsung de- ngan  Bumi,    dan    perangkat  UHF  berbasis  SDR/Software Defined  Radio  yang  dikembangkan  sendiri  oleh  JPL  yang sinyalnya direlay salah satu dari Mars orbiters (Odyssey atau Reconnaissance,  satelit  komunikasi  yang  mengorbit  Mars untuk  mem-back-up  komunikasi  berbagai  rovers  sebelum Curiosity  (Spirit/Opportunity  —  ex  tahun  2004,  Sojourner/ Mars Pathfinder — ex tahun 1997). Untuk ini Curiosity dileng- kapi 2 antena UHF, salah satunya ber-Gain tinggi untuk ko- munikasi langsung dengan Bumi. Data transfer antara Curi- osity dengan kedua orbiter bisa menca-
pai kecepatan (masing-masing) 2 Mbps dan 256 kbps,  tapi Curiosity hanya bisa menjalin komunikasi maksimum 8 menit dalam sehari dengan masing- masing orbiter ■


Bayangan Masthead pada foto yang dibuat dengan Navcam pada Sol 2 (8 Aug. 2012)



Foto berjudul “Good morning, Mars” di sebelah juga diambil dengan kamera Navcam, dan juga pada hari kedua ke- beradaan  Curiosity  di  permukaan  Mars  (= Sol 2 = 07:11:08 UTC, 8/8-2012).
Foto kelihatan “temaram” karena intensitas pencahayaan matahari di Mars yang hanya setara dengan SEPARUH dari pencahayaan di permukaan Bumi. Foto diambil pada siang menjelang  sore  hari  “waktu”  Mars  (=  pagi hari    di    Pusat    Mars    Science    Labora- tory (MSL)./JPL di Pasadena, CA)


SEKAPUR SIRIH ....Tahun ke II, Edisi 01, AUG 2012

SEKAPUR SIRIH ....Tahun ke II, Edisi 01, AUG 2012



A l h a m ’ d u l i l l a h ....,

“pas” pada bulan NKRI merayakan HUT Kemerdekaannya yang ke 67, e-QSP mulai pula menapaki TAHUN ke-2 penerbitannya.

Karenanya, persis di atas kolom ini tercantum: Tahun  ke  II,  Edisi  01AUG. 2012.

Edisi ini diawali dengan ulasan ten- tang CURIOSITY, wahana penjelajah (rover) planet Mars — yang sepertinya dari tahap perancangan sudah banyak “diacak-acak” rekans amatir yang tergabung dalam W6VIO, the JPL Amateur Radio Club Station.

BTW, yang cukup “hangat” di bulan ini, thread tentang kontro- versi kepemilikan P.  Miangas  kami ulas di halaman 2, se- dangkan  obituari  bagi  beberapa  “dignitaries”  yang  SK  di sepanjang Agustus ini seperti Harold Allen W4MMC - pakar di bidang roket, space shuttle dan satelit di NASA/JPL,   Sir Bernard Lovell - pendiri Observatorium Jodrell Bank di UK., dan astronot Neil Armstrong bisa disimak di halaman 9.
Di rubrik AntennaMania baca tentang ANTENA QUAGI yang mengkombinasikan konsep kerja antena Quad dan Yagi untuk mendapatkan sebuah antena pengarah yang sederhana pem- buatannya,  high-Gain,  efektip  dan  efisien  untuk  band  V  & UHF: 6, 2 m dan 70 cm.

Selamat membaca, and as always: pse ENJOY …. [Ed.]