Masih Ingat Kan Ya? 0107
Sekadar mengingatkan kembali, di edisi lalu kita bertemu rumus untuk menghitung panjang gelombang:
L = 300/f
Di mana L = panjang gelombang dalam meter f = frekuensi dalam Megahertz
Dari mana asal muasal angka 300 tersebut? Menurut sejarah, angka 300 tersebut didapat dari pembulatan angka cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (vacuum), yang sekitar 300.000.000 (= 3 x 8 mtr/detik. Lalu, mengapa angka ini yang diambil sebagai patokan? Karena dari “sononya” semua energi elektromagnetik (termasuk cahaya dan sinyal radio) merambat dengan kecepatan rambat tersebut.
Mengapa kita mesti selalu ingat dengan rumus yang satu ini? Karena rumus inilah yang menjadi cikal-bakal rumus- rumus lain di bidang perradioan, khususnya yang bersangkutan dengan masalah perantenaan.
Antenna Pertama
Entah karena baca literatur atau karena dengar cerita antar teman, boleh dibilang 9 dari 10 amatir akan memilih antenna dipole setengah lambda (untuk memudahkan kita tulis saja dengan 1/2 wl Dipole, (wl = wave length) untuk antenna pertamanya. Kenapa 1/2 wl? Ini karena ukuran 1/2 wl-lah yang merupakan ukuran terpendek bagi sebuah antenna untuk bisa berresonansi pada frekuensi yang dikehendaki.
Kembali ke jaman SMP/SLTP, resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya sebuah benda karena bergetarnya sumber getaran yang lain. Tentunya antena yang baik adalah antena yang resonan dengan frekuensi sumber bunyi yang lain yaitu pemancar (atau penerima) ham shack. Dengan demikian, sang antena akan berfungsi sepenuhnya sebagai sebuah transducer, yang mengubah energi elektrik yang dibangkitkan rangkaian pada pemancar menjadi energi elektromagnetik berupa sinyal radio seperti yang disebut di atas, serta “melemparkannya” ke udara.
Bagaimana cara menghitung panjang sebuah an- tenna Dipole 1/2 wl? Untuk edisi sekarang ini, ingat saja dulu rumus L = 468/f, di mana L adalah panjang kawat dalam satuan feet. Jika ingin hitungan dalam meter, pakai saja:
Sekadar mengingatkan kembali, di edisi lalu kita bertemu rumus untuk menghitung panjang gelombang:
L = 300/f
Di mana L = panjang gelombang dalam meter f = frekuensi dalam Megahertz
Dari mana asal muasal angka 300 tersebut? Menurut sejarah, angka 300 tersebut didapat dari pembulatan angka cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (vacuum), yang sekitar 300.000.000 (= 3 x 8 mtr/detik. Lalu, mengapa angka ini yang diambil sebagai patokan? Karena dari “sononya” semua energi elektromagnetik (termasuk cahaya dan sinyal radio) merambat dengan kecepatan rambat tersebut.
Mengapa kita mesti selalu ingat dengan rumus yang satu ini? Karena rumus inilah yang menjadi cikal-bakal rumus- rumus lain di bidang perradioan, khususnya yang bersangkutan dengan masalah perantenaan.
Antenna Pertama
Entah karena baca literatur atau karena dengar cerita antar teman, boleh dibilang 9 dari 10 amatir akan memilih antenna dipole setengah lambda (untuk memudahkan kita tulis saja dengan 1/2 wl Dipole, (wl = wave length) untuk antenna pertamanya. Kenapa 1/2 wl? Ini karena ukuran 1/2 wl-lah yang merupakan ukuran terpendek bagi sebuah antenna untuk bisa berresonansi pada frekuensi yang dikehendaki.
Kembali ke jaman SMP/SLTP, resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya sebuah benda karena bergetarnya sumber getaran yang lain. Tentunya antena yang baik adalah antena yang resonan dengan frekuensi sumber bunyi yang lain yaitu pemancar (atau penerima) ham shack. Dengan demikian, sang antena akan berfungsi sepenuhnya sebagai sebuah transducer, yang mengubah energi elektrik yang dibangkitkan rangkaian pada pemancar menjadi energi elektromagnetik berupa sinyal radio seperti yang disebut di atas, serta “melemparkannya” ke udara.
Bagaimana cara menghitung panjang sebuah an- tenna Dipole 1/2 wl? Untuk edisi sekarang ini, ingat saja dulu rumus L = 468/f, di mana L adalah panjang kawat dalam satuan feet. Jika ingin hitungan dalam meter, pakai saja:
L = 143/f
Lho, kenapa kok jadi susah? Katanya 1/2 wl atau 1/2 panjang gelombang, logika gampang atau pantas- pantasnya ya separuh dari rumus perhitungan panjang gelombang yang di atas atau L = 150/f? Rupanya, alam tidak mau begitu saja “mengikhlaskan” ilmunya (ini semua bagian dari Ilmu Alam atau Fisika) untuk main gampang-gampangan begitu saja diturunkan kepada cucu Adam. Atau, mengutip fatwa ustadz, inilah salah satu kebesaran Illahi yang memberikan akal bagi ummat manusia yang di samping untuk membedakannya dengan mahluk ciptanNya yang lain, juga untuk membuat manusia mau berpikir dalam menganalisa atau memecahkan rahasia alam di sekitarnya.
Angka 150 jadi mengkerut ke 143 adalah karena pengaruh faktor K, yang tetek-bengeknya akan di ingatkan lagi (buat yang sudah pernah tahu) di tulisan edisi mendatang.
So, 73 ES CU on the next edition!
No comments:
Post a Comment