Sunday, 4 December 2011

Ngobrol Ngalor Ngidul 0307

Ngobrol Ngalor Ngidul 0307  

Bahan Antena

Sekadar mengingatkan kembali, di akhir edisi lalu penulis janji mo’ ‘ngobrolin tentang bahan yang bisa dan biasa dipaké sebagai bahan untuk merakit antena, karena niatan awal serial tulisan ini memang untuk encourage, stimulate dan motivating (ya, kira-kira aja = mem- buat berani, mendorong, dan me- rangsang) rekan amatir untuk mau merakit antenanya sendiri, syukur- syukur dengan bahan yang mudah didapat dengan harga terjangkau di lingkungan sekitarnya.

Tergantung situasi dan kondisi, mi- salnya yang menyangkut isi kocek, antena yang mau  dibuat, berapa la- ma antena mau dipakai, bahan apa yang kebetulan ada, kemudahan mencari bahan pengganti dan seba- gainya. Pada dasarnya, semua jenis kawat atau kabel (termasuk kawat jemuran, kawat las, kawat pager berduri, kawat per/pegas tempat tidur spring bed dan lainnya) bisa di- pakai untuk membuat antena, walau tentu kinerja, efisiensi, daya tahan atau umurnya akan berbeda.

Supaya tidak rancu —kecuali disebut lain— di sepanjang tulisan ini dipakai istilah  kawat sebagai terjemahan ari kata wire, materi berpe- nampang silindris; ditempa, dipintal atau dianyam dari tembaga (copper) murni atau dengan campuran lain, diperdagangkan dalam keadaan po- los (tanpa salut atau pelapis). Kabel dipakai sebagai terjemahan kata cable, yaitu kawat yang diperdagang- kan dalam bentuk bersalut dari bahan vynil, PVC, teflon lainnya. Dari berjenis kawat dan kabel yang ada di pasaran, berikut adalah jenis- jenis yang lazim dipakai:

Kawat tembaga tunggal (solid) bersalut enamel atau email
Yang dipakai untuk menggulung dinamo atau motor listrik. Di tukang loak pun biasanya disebut kawat dinamo, karena memang di- pulung dari dinamo atau motor yang sudah terbakar atau kortsluit, short circuit. Untuk band HF, biasanya dicari yang Ø 1,2 sampai 3 mm. Jangan lupa mengampelas sampé kinclong bagian yang akan disolder (pada titik umpan atau ujung yang nantinya diikatkan ke isolator), un- tuk mencegah
kurang 'nempelnya solderan. Kawat jenis ini umumnya kaku dan mudah putus kalau tegang, terutama pada titik-titik yang pernah tertekuk/terpilin keplintir.

Kawat tembaga tunggal (solid) atau serabut (stranded) tanpa salut/isolasi
Dengan berbagai ukuran/diameter. Relatif mahal karena harus dibeli baru di toko alat-alat listrik — yang menjualnya sebagai kawat BC (bare copper wire). Kawat tunggal Ø 2-3 mm doeloe dipakai sebagai kabel tilpon (yang ‘ngegantung antara tiang telepon di pinggir jalan) sedangkan kawat serabut yang uku- rannya agak gedéan (0,8 – 1,2 cm) justru dikenal sebagai kawat aarde/ ground. Di samping kaku (sehingga agak susah ‘ngerjainnya), kaya’nya juga kurang sesuai dipakai di kota besar atau dekat pantai karena mudah terpengaruh polusi, salinasi (kena uap air garam dari laut) dan teroksidasi yang akan mempenga- ruhi kekuatan dan elastisitasnya; mengandung resiko kalau putus dan jatuh menimpa kawat listrik di depan rumah (di beberapa tempat belum diganti dengan kabel twisted pair bersalut); bikin mati lampu satu RW atau Kelurahan!

Ada jenis yang sepertinya dibuat khusus untuk kawat antena, terbuat dari tembaga campur atau sepuhan nickeline dengan warna yang putih mengkilap. Jenis ini lebih tahan ter- hadap oksidasi, pengaruh cuaca dan polusi, dan cukup fleksibel sehing- ga tidak mudah putus kalau kete- kuk-tekuk, tapi harganya selangit dan dalam pemakaiannya tetap ha- rus memperhitungkan resiko 'nibanin kawat listrik di atas.

Kabel sistim kelistrikan mobil
Berupa kawat serabut (stranded) di- lapis vynil sebagai isolasi, dipasaran dikenal sebagai kabel NYF. Biasa- nya dipakai yang Ø 3 - 5 mm (ter- masuk isolasinya). Kualitasnya me- mang bagus, harusnya sih cukup ta- han cuaca, tapi agak berat sehingga susah untuk direntang pada posisi horizontal tanpa jadi kelewat ‘nge- lendong (sagging) di tengah-tengah.

Dari pada ‘ngeglèyot di tengah, mending sekalian saja tiangnya dita- ruh di tengah,  sekalian untuk can- tholan isolator tengah (center insula- tor) yang merupakan titik umpan/ feed point dan bagian yang paling berat kebebanan karena sekalian harus ‘nyangga bobot feeder linenya. Kalau sudah begini maka jadilah antena Inverted Vee, yang ujungnya ‘nggak perlu diikat ke tiang, cukup dicantholin saja ke tritisan atau di-
ikat di pohon sudut pekarangan!

Harus dibeli baru di toko onderdil mobil (di situ dibilangnya kabel aki) atau di toko  yang berjualan barang- barang kelistrikan, karena jarang di- temui yang 'nyasar ke tukang loak (kalau pun ada barangkali kondisi- nya sudah kucel banget dan tidak layak pasang lagi). Cari merek be- ken, paling tidak mencantumkan kode standar SII/ LMK di sepan- jang lapisan isolasinya. Perhatikan lapisan vynilnya cukup ketat menyalut kawat (conductor), karena kalau longgar akan gampang kemasukan air yang membuat kawatnya jadi cepat teroksidasi (trus berubah warna dari warna tembaga yang kemerahan jadi ijo atawa item, gampang prothol, jadi getas dan susah disolder).

Kabel NYAF Ø 1,5 – 2,5 mm
Kaya’nya pas untuk dipakai eksperimen; bisa juga untuk instalasi per- manen asal power output ‘nggak kelewat gedé, tarohlah sekitar 200 watt. Kabel tembaga serabut ini ba- nyak dipakai sebagai kawat penyam bung (hook-up atau jumpering cable) rangkaian peralatan elektrikal arus kuat tegangan tinggi macam Switch- gear, panel kontrol dan sebagainya. Cari yang merknya cukup beken, memenuhi standar SII/LMK dan secara kasat mata bisa dilihat pem- buatan dan kualitasnya cukup baik: lemas, serabutnya padat, isolasinya dari vynil kualitas baik dan rapat membungkus konduktor sehingga ‘nggak gampang molor dan kemasukan air. Jangan pula salah beli, ingat falsafah: teliti sebelum membeli, yang isolasi plastiknya begitu tebel, sampé lebih tebel dari kon- duktornya sendiri (lha beli kawat apa plastik? Yang beginian mending buat kawat jemuran aja).

Kabel speaker Monster
Selama ± 10 tahun penulis pernah memakai kabel speaker Monster yang bisa didapat di toko audio. Agak mahal tapi kualitasnya bagus dan resistansinya kecil sekali. Terdiri dari 2 konduktor serabut yang disalut isolasi vynil bening transpa- ran, dengan masing-masing kon- duktor dianyam dari paling tidak 25 helai kawat tembaga (kemerahan) dan tembaga campur nickeline (war- na putih), Ø 2 - 8 mm, anyaman sangat amat rapat dan padat. Kabel Monster ini lemas dan lentur, tapi sangat kuat dan tidak ada gejala molor atau berubah warna karena oksidasi sesudah dipakai sekian ta- hun untuk eksperimen macam-macam antena dengan power output sekitar 80 - 100 Watt. Cari yang asli buatan Perancis atau Jepang, dengan tulisan MONSTER yang jelas tertera pada lapisan/isolasi vynilnya. Di Jakarta (Glodok/Harco, Mang- ga Dua) dan Surabaya (pasar Gen- teng) boleh dibeli meteran kok, beli secukupnya saja karena dari sono- nya memang mahal. Jangan salah beli, karena di toko-toko yang jual barang ginian sering dijumpai kabel Monster aspal dengan kualitas sea- danya: serabut hanya terdiri dari 8 - 10 helai kawat, anyamannya jarang, isolasi plastik transparan berwarna kehijauan, isolasinya renggang membungkus konduktornya sehingga gampang molor kalau ditarik dan mudah kemasukan air hujan atawa embun sehingga cepat terkorosi.

Kabel twisted pair
Lima tahun belakangan banyak juga yang memanfaatkan sisa-sisa kabel twisted pair, yang  dipakai PLN untuk nyambung dari tiang terdekat ke wuwungan rumah pelanggan. Karena terbuat dari aluminium, kawat jenis ini ‘nggak bisa disloder, tapi banyak akal dengan memakai berje- nis klèm atau kabel terminal yang a- da dipasaran (baru mau pun loakan) untuk urusan sambung-menyam- bung ini. Kabel macam ini memang agak berat (yang berat sih isolasi- nya), walau pun masih entengan ketimbang kawat/kabel NYF/ NYAF dengan ukuran yang sama).

Untuk antena yang dipakai untuk waktu singkat (sekadar eksperimen, bekerja  portable/field-day), bisa saja memakai kabel listrik rumahan (ke- nur atau zip cord), kabel speaker bia- sa (merah+item), konduktor kabel telpon jenis multi konduktor (untuk instalasi dalam rumah), konduktor kabel data, kabel NGA 2 mm & lain sebagainya; Ini semata-mata un- tuk pemakaian sementara atau saat emergency saja, tidak dianjurkan untuk instalasi permanen.

Kawat bersalut sebagai elemen antena
Di samping fungsi salut vynil sebagai pelindung korosi oleh pengaruh cuaca (kawat yang grèpèsan kena korosi/corroded di samping jadi rapuh dan getas/brittle, resistansi- nya naik, berakibat efisiensi kerja antena akan menurun), barangkali bagi kebanyakan amatir ‘nggak per- nah terpikir bahwa pemakaian kawat serabut bersalut (vynil insulated stranded wire) seperti kabel Monster dan kabel listrik mobil akan membantu mengurangi efek kelelahan metal (metal fatigue) yang terjadi ka- rena bagaimana pun bentangan antena di udara akan selalu bergetar, bergoyang dan berayun diterpa a- ngin. Kelelahan metal menyebab- kan mudah putusnya kawat telan- jang (solid bare wire) dan kawat dina- mo yang banyak dikeluhkan pemakai kawat jenis ini, itu pun cuma gara-gara kesamber layangan putus.

Gejala lebih parah ditemui pada elemen antena Quad, yakni tamba- han beban kawat berupa faktor ke- tegangan (tautness); konstruksi Quad menggunakan spreaders sehingga elemen antena terpasang pada posisi selalu tegang. Bahan vynil, Teflon yang dipakai sebagai isolasi dapat menyebabkan terjadinya capacitive effect yang menyebabkan diperlukan- nya pemendekan ukuran yang dihitung berdasarkan rumus. Pengalaman John Kennedy, W5DJ duo-band Cubical Quadnya lari dari 14,150 ke 13,800 MHz serta 29,200 ke 28,600 MHz waktu memakai kawat bersa- lut vynil yang dipotong menurut rumus. Ini berarti elemen tersebut harus dipendekkan sekitar 2-3 % (tergantung jenis isolasinya) untuk kembali ke design frequency.

Nah, urusan kawat dan kabel kita cukupkan sampé di sini dulu, di edisi depan kita  ganti topik lagi. Walau pun masih tetap urusan nge- bahan antena: kita tengok berjenis tubing (pipa), seperti yang dipaké buat ngebahan berjenis antena Yagi, spreader antena Quad atau untuk bikin antena vertikal. So, until then, just stay tuned!
[73]  

No comments:

Post a Comment