Sunday, 4 December 2011

Ngobrol Ngalor Ngidul 0308

Ngobrol Ngalor Ngidul 0308  

Tubing

Sekadar mengingatkan kembali, di ak- hir clotèhan tentang berjenis kawat/kabel yang bisa dan biasa dipaké untuk ‘ngebahan antena di edisi lalu penulis janji di edisi ini mo’ ganti topik: berjenis tubing (pipa) yang dipaké buat ‘ngebahan berjenis antena Yagi, spreader pada antena Quad atau untuk bikin antena vertikal, trus ‘ntar dilanjutin dengan ber- bagai bahan yang bisa dipaké sebagai pengganti kalo’ misalnya syusyah mencari tubing seperti yang kita mau ….

Ngomongin tubing buat urusan perantenaan, khususnya un- tuk elemen antena, tentunya yang dimaksud adalah tubing dari bahan aluminium. Untuk berbagai aplikasi—yang bukan untuk elemen antena—bisa dipakai pipa dari ba- han dan jenis lain, misalnya pipa conduit (pipa yang dahulu—sebelum jaman PVC sekarang ini—dipakai untuk melindungi perkabelan pada instalasi listrik), pipa galvanized, pipa stainless steel dan sebagainya. Nah, kalo’ bicara tentang tubing alumuni- um, dengan menyesal penulis mesti bilang: kecuali yang
dipesan khusus ke pabrik (baik lokal maupun dari luar/impor), tubing aluminium yang ada di pasaran sini kaya’nya lebih pantas dipaké buat ‘ngebahan rak jemuran ketimbang buat ‘ngebikin antena. —Lho, kok?

Kalo’ kita mengamati literatur luar pager (apa itu dari sumber di Am- rik, Jepun atau  kawasan lain) maka semua desain antena (baik untuk elemen mau pun komponen lain macam boom atau spreader) akan mensyaratkan suatu standar terten- tu, yaitu tubing type T-6061. Jenis ini dipakai pula di lingkungan in- dustri penerbangan, misalnya untuk kerangka pesawat ultra-light, gantole dan sebagainya (lha yang ada disini, paling juga baru memenuhi persyaratan pemakaian di lingkungan industri karoseri, misalnya dipakai buat pegangan tangan bagi penum- pang yang berdiri bergelantungan di bis Metro Mini dan Kopaja). Di samping diameter dan penampang yang dibuat sesuai standard (kalo’ dibilang bulat ya betul-betul bulat, bukan jadi cenderung lonjong), karakteristik yang paling menonjol dari tubing jenis T-6061 adalah ketebalan dindingnya, yang persis se- tebal 1/8”. Di samping faktor ke- kuatan, ketebalan yang standar ini akan terasa sekali manfaatnya kalo’ kita mesti ‘mbung-menyambung tu- bing secara teleskopik, di mana se- lonjor tubing disambung dengan cara dimasukkan (atau dimasuki) tubing lain yang diameternya lebih besar (atau lebih kecil), seperti yang lazim dilakukan pada waktu bikin elemen antena Yagi. Sesuai standar- nya, tubing aluminium dibuat dengan diameter yang berselisih 1/8”, misalnya dari 3/8”, 1/2”, 5/8”, 3/4”,1”, 11/8” dan seterusnya sehingga pas banget kalo’ dibuat telescoping (begitu ‘ngepasnya –snugly fit– sehingga di beberapa literatur dianjurkan untuk membelah (slot) ujung pipa yang lebih besar dengan jig saw atau gergaji besi biasa sepanjang 10 – 15 cm, supaya mudah memasuk- kan pipa yang kecilan, yang lantas diklèm paké hose-clamp supaya ter- sambung dengan erat, baik secara fisik mau pun elektris). Dengan demikian bisa didapatkan elemen antena yang tapered (mengecil secara berjenjang ke arah ujung), yang di samping enak dilihat mata juga mengurangi berat dan wind load-nya.

Nah, kalo’ udah tau kendala yang beginian dan masih mau juga eksperimen dengan bahan yang ada di sini, ya mesti “nrimo” konsekuensi elemen antena-nya cepet melengkung (atau jadi pèplèh) sesudah 1–2 bulan terpasang di atas sono. Karena tubing yang dipakai kebanyakan dindingnya tipis, untuk bisa tele-scoping penyambungannya mesti di- ganjel (diseam) dengan berbagai cara, misalnya dengan melapisi bagian yang lebih kecil dengan aluminium foil (atau sheet) sehingga mencapai ketebalan yang mendekati 1/8” tadi sehingga sambungan bisa snugly fit juga (ingat, sambungan yang ‘nggak sempurna bisa ‘mbawa dampak macam-macam sama kinerja antena misalnya jadi noisy, SWR yang ‘ng- gak stabil dan sebagainya.

waktu masih seneng eksperimen yagi HF doeloe, penulis bisa ‘ndapetin tubing aluminium yang bagus dari kang Agus, YB1CS di Bandung, yang memang pu- nya pabrik antena kualitas ekspor. Kali lain, teman pilot macam YBØBII, YBØBEZ dan lainnya suka berbaik hati ‘bawain dari 9V1 land, apalagi kalo’ kebetulan ‘narik pesawat cargo.

Spreader
Pemakaian lain dari aluminium tu- bing adalah sebagai spreader (peren- tang) untuk merentang elemen pa- da rancangan antena Cubical Quad. Kalo’ mau merujuk ke produk biki- nan pabrik, adalah pabrik HyGain (sekarang merged jadi Telrex-HyGain) yang menggunakan spreader pipa aluminium. Untuk Cubical Quad dengan cakupan band 20 m diper- lukan spreader sepanjang 4 meter & supaya spreader ini ‘nggak ikutan re- sonan pada salah satu frekuensi (baik asli mau pun harmonic) maka kepanjangan yang 4 meter tersebut dipotong menjadi 2 atau 3 bagian, yang lantas disambung utuh kem- bali paké non-conductive material (ma- cam bakelite, teflon dan acrylic). Para homebrewers yang juga mengkha- watirkan ihwal ikutan resonan ini, biasanya lantas memakai tubing aluminium sepanjang 1,5 – 2 meter, kemudian disambung dengan non-nductive material macam bambu, potongan kayu yang bener-bener kering dan sudah ditreat seperlunya untuk menutup pori-porinya, misalnya dengan melapisinya dengan pernis, di- celup dalam parafine atau malam ba- tik yang mendidih. Biasanya cara ini dipakai untuk bikin spreader Cubical Quad yang bekerja dengan cakupan band 15 m ke atas (di band 20 m bagian bambu atau kayunya bakal terlalu panjang, jadi takut cepet
atau mudah patah).


Cara lain adalah membuat keseluru- han struktur spreader dari fibre-glass rod (batang pejal), atau batangan khusus (custom made) dari fibre glass; seperti yang sudah sejak tahun 80an dilakukan oleh beberapa produsen antena Cubical Quad (seperti Gem Quad). Di sini masih susah mencari fibre glass rod ini dan misalnya dapat (misalnya sebagai vaulting pole atau galah untuk olah raga loncat galah) rasanya sayang kalo’ mo’ dipotong- potong buat ‘ngebahan spreader ka- rena disamping susah ‘ndapetinnya harganya pun cukup mahal. Solusi yang lebih murah adalah ‘ngebahan spreader ini dari bambu yang biasa dipakai untuk joran pancing atau untuk bikin lembing (buat olah raga lempar lembing), yang lantas ditreat dengan fibre glass coating atau epoxy resin. Bahasan rinci tentang proses treatment ini bisa dilihat di paragraf tentang Boom yang akan tampil di edisi mendatang.

Nah, kita akhiri di sini dulu ‘ngobrol‘ngalor‘ngidul kali ini, tunggulah edisi mendatang mengenai Boom.

So, until then, just stay tuned! CU ES 73(!)
 

No comments:

Post a Comment