Ngobrol Ngalor Ngidul 0701
Meningkatkan kinerja Half Square
kalo’ ada pertanyaan sila kirim lewat Ja-Um: buletin@orari.net MILIST orari_news@yahoo.groups.com JaPri: unclebam@gmail.com
Dengan lahan yang tibang pas untuk membentang sebuah Dipole 1/2λ, penambahan kuncir 1/4λ pada masing- masing ujungnya serta penggeseran feedpoint ke salah satu ujung akan merubah kinerja Dipole tersebut, dari yang semula sekedar “asal nyampé” buat QSO domestik menjadi piranti andal buat nge-DX. Inilah kesan yang didapat para pengguna antena Half Square (yang diwedar di BeON edisi kemarin), walopun gagasan awal Woody Smith W6BCX (penemu rancangan ini) adalah untuk meningkatkan kinerja sepasang Inverted Ground Plane, yang pada kondisi aslinya memang sudah dikenal karakteristiknya sebagai Low Take Off angle radiator itu..
Sayangnya, sebagai pengembangan dari antena vertikal (Inverted Ground Plane kan pada dasarnya antena vertikal biasa yang diumpan dari atas), maka Hi Square mewarisi salah satu karakteristik antena vertikal, yaitu BANDWIDTH-nya yang sempit. Pengumpanan bareng-bareng kedua 1/4λ Inverted Ground Plane tersebut (lewat 1/2λ phasing line) hanya sedikit saja bisa memperlebar band- widthnya (memang sih jadi lebih lebar dari vertikal biasa, tapi tidak terpaut jauh dari sebuah Dipole).
Ini yang membuat gundah para pe-DX, terutama yang gemar ikutan kontes dengan multi-mode, karena tentunya akan sangat tidak praktis kalo’ mesti re- tuning ATU-nya tiap kali ganti mode dari CW, ato Digimode ke Phone dan sebaliknya, terlebih lagi di low band HF yang antara kedua mode frekwensinya bisa terpaut sekiitar 300 KHz itu.
Half Square Antenna yang diambil sebagai “proyek percontohan” di edisi lalu adalah untuk band 40m yang lebar band-nya cuma 100 KHz itu. Lagi pula, di band ini lebih banyak pe-DX anak negeri yang bekerja dengan mode CW ato berbagai DIgimode di segmen bawah band ini, sehingga kalaupun sekali-sekali mau paké phone, paling jauh frekwensi kerjanya cuma terpaut 30-50 KHz ke atas. Dengan demikian, kalo’ toh Half Square-nya dari awal di tune di frekwensi tengah band ini (7.050 MHz), tidak akan terlalu jadi masalah kalo’ harus hopping from edge-to-edge di band ini.
Upaya memperlebar bandwidth
Half Square Antenna yang diambil sebagai “proyek percontohan” di edisi lalu adalah untuk band 40m yang lebar band-nya cuma 100 KHz itu. Lagi pula, di band ini lebih banyak pe-DX anak negeri yang bekerja dengan mode CW ato berbagai DIgimode di segmen bawah band ini, sehingga kalaupun sekali-sekali mau paké phone, paling jauh frekwensi kerjanya cuma terpaut 30-50 KHz ke atas. Dengan demikian, kalo’ toh Half Square-nya dari awal di tune di frekwensi tengah band ini (7.050 MHz), tidak akan terlalu jadi masalah kalo’ harus hopping from edge-to-edge di band ini.
Karenanya, orèk-orèkan kali ini lebih ditujukan bagi mereka yang kepingin ‘nge-jajal Half Square di 80 ato 160m.
Pertimbangannya adalah dari segi efisien si yang didapat dan investasi yang harus dikeluarkan, kalaulah lahannya ada, jatoh-nya akan lebih feasible untuk naikin Half Square ketimbang Dipole (yang pada ketinggian instalasi/feedpoint yang sama akan dilibas abis di urusan take-off angle), ato vertikal (yang biasanya sudah dibonsai abis-abisan sehingga electrically cuma tinggal 1/8λ, belum lagi keribetan ekstra di urusan ‘ngebentang radialnya. (!)
Upaya memperlebar bandwidth
Selama ini dikenal beberapa kiat untuk bisa memperlebar bandwidth antena, kata- kanlah yang biasa dilakukan pada sebuah Dipole.
Yang paling sederhana adalah dengan memperbesar diameter kawat yang dipaké ‘ngebahan antena, ato mengganti 2-3 mtr (untuk band 80m) kedua ujung antena dengan pipa aluminium dia.1/2—3/4 inch, ato mengganti kawat yang semula berupa kawat tunggal (single wire) dengan multi-wire (seperti pada folded dan 3-wire dipole)
Cara lain yang “lebih cepet kliatan hasil nya” (ditandai dengan nge-tune-nya ‘nggak susah-susah amat) adalah dengan membuat sebuah Fan Dipole (antena Kumis Kucing, lihat Gambar 1), yang konduktornya alih-alih dipotong untuk resonan di dua band (tarohlah di 80 dan 40m), di versi broadband ini salah satu dipole ditala di 3.500—3.520 Mhz, sedang dipole kedua ditala di 3.750-3.800 MHz kedua rentang frekwensi tersebut adalah celah pada DX-windows di 80m).
Rudy Steverns N6LF tertantang untuk menjajal kiat ini pada Half Square Anten- na, yang dia lakukan dengan mengganti kedua sisi tegak dengan sayap-sayap Fan Dipole seperti yang di Gambar atas
Hal pertama yang dia temukan adalah ada perbedaan signifikan pada cara merentang kedua konduktornya. Kalo’ pada Fan Di- pole jarak antara ke dua ujung luar kon- duktor tidak terlalu kritis, pada Half Square justru jarak pada kedua ujung ini cukup menentukan kinerja antena hasil modifikasian ini.
Untuk di 80m, jarak antara L1 dan L2 pada Gambar 2 mesti dibuat sekitar 13 meteran. Trus lagi, akan ada perbedaan karakteristik antara kalo’ segitiga semu L1-L2-L3 diglantungin pada bidang yang sama dengan (in the same plane with) arah bentangan flat top (lihat Gambar 2) ....
Keterangan:
L-1 dibuat resonan di 3.500—3.520 MHz
L-2 dibuat resonan di 3.750—3.800 MHz
L-3 = +/- 13 mtr (panjang persisnya di cari waktu proses penalaan)
dengan yang kalo’ ‘ngegantungnya seakan membentuk sudut 900 (perpen- dicular) dengan bentangan flat top se- perti di Gambar 3 di bawah ini
Dengan konfigurasi seperti di Gambar 2 maka akan didapatkan pancaran yang bi- directional (F/B ratio = 0), sedangkan konfigurasi pada Gambar 3 akan menghasilkan arah pancaran yang mendekati uni-directional, dengan F/B ratio 3-4 dB (terutama di frekwensi ren- dahnya), yang berarti ada sedikit penambahan Gain ke jurusan yang dituju.
Namun demikian, walo-pun footprintnya ja-di membesar, kalo’ toh lahan yang ada memungkinkan, banyak pe- DX yang le- bih memilih konfigurasi di Gambar 2, yang dengan arah pancaran bi- directional akan lebih memungkinkan dalam menguber stasiun DX yang tidak bisa didapatkan dengan bekerja short- path (mengambil jarak terdekat antara dua buah titik seperti yang bisa diliat dengan ato pada azimuthal map yang dibuat dengan me-ngambil QTH si pe-DX sebagai titik pusat), ato dengan kata lain sinyalnya harus berjalan mengelilingi bulatan bumi dengan mengambil jarak ato bekerja long path (ada yang ‘ambil gampangnya dengan menafsirkan termi- noloji long path sebagai “sinyalnya lom- pat”; karena kata “long” emang nyrèm- pèt-nyrèmpèt dengan suku kata “lom”).
BTW, ukuran pasti untuk tiap elemen SA- NGAT tergantung pada kondisi lapangan, ka rena m enyangk ut luas la han (bertambah panjang bentangan flattop berarti sisi vertikal bisa dibuat lebih pendek, yang juga berarti ketinggian in- stalasi bisa dibuat lebih rendah), konduk-tifitas tanah di bawah bentangan antena, dan beberapa faktor lain. Karenanya rumus untuk menghitung ukuran 1/2λ Dipole yang L = 143/f sekali lagi hanya sekedar untuk ancer-ancer saja. Dalam memotong kawat harap ditambah barang 0.5 — 1 mtr karena bagaimanapun lebih baik memo- tong daripada harus menyambung kawat pada proses penalaan nanti. Dalam hal ada kelebihan kawat, seyogyanya selagi masih dalam proses penalaan lipat ato tekuk aja kelebihan itu ke arah yang ber- balikan dengan arah bentangan kawat, kemudian ikat/kencangkan pada kawat itu sendiri dengan menggunakan cable ties.
Proses penalaan
Siapkan kedua sisi vertikal dengan mem- buat sebuah Fan Dipole seperti di Gambar
1, setelah jadi kemudian tune ato tala se- bagus mungkin sehingga didapatkan SWR terrendah (‘ngga’ perlu 1:1) dimasing- masing frekwensi.
Kalo’ sudah ketemu, copotin masing- masing sayap Dipole itu, dan gunakanlah keduanya sebagai sisi vertikal yang di- klèwèrin di masing-masing ujung flattop ato sisi horizontal., dengan memben-tangnya sesuai kondisi lahan atau konfigurasi macam mana (simetris ato asimetris) yang dikehendaki.
Kèrèk ato naikan atena keposisinya. Pada point ini anda akan bersyukur bahwa penalaan selanjutnya bisa dilaku- kan TANPA naik-turunin antena lagi, pa- ling-paling rasa capèk anda lebih dise- babkan karena mesti mondar-mandir antara ke-empat titik jatuhnya ujung sisi vertikal, dan mungkin juga karena anda harus ’ngejinjit (berjingkat) waktu nge- trim ke-empat ujung itu (!).
Kalo’ anda beruntung punya ato dapat pinjeman Antenna Analyzer, rasanya proses mondar-mandir sambil ‘narik-ulur ke empat ujung itu akan jauh mengurangi rasa capek anda.
Lakukan penalaan lagi, kali ini tweak it sampai SWR 1:< 1.5 bisa didapatkan. Kemudian? Tergantung time of the day, sepertinya sekarang tinggal tunggu jam- jam yang pas (bukaan propagasi) untuk ngejajal antena anda. Sekali lagi inga’- inga’, Half Square didesain dengan pemikiran untuk dipaké DX-ing, jadi ja- ngan lantas kelewat kuciwa kalo’ anda selalu dipanggil terakhir kalo’ check-in di net-net lokal macam Riau morning net, kecuali kalo’ anda tinggal ato operate dari Merauke sono.
Bonus edisi ini
Just an afterthought (baru keinget), kiat memperlebar bandwidth di band 80m dengan membuat Fan Fipole yang dibi- kin resonan di low dan high segments of the band ini kaya’nya bisa ditrapkan juga untuk memperlebar bandwidth 80m Dipole biasa (ato pun yang short- ened alias dibonsai).
Alih-alih membuatnya d ari kawat sepanjang 1/2λ seutuhnya (baik secara
fisik maupun elektrikal), ganti kira-kira 6 mtr di masing-masing ujung dengan kabel monster, twin-lead TV, window- type ladder line, open wire ato berjenis kawat 2-ler (dwi-konduktor) semacam- nya. Setelah dinaikin, tune salah satu konduktor di sekitar 3.5-3.6 MHz, ke- mudian tune konduktor lainnya di seki- tar 3.800 MHz.
Seperti yang biasa terjadi pada spasi antar elemen yang nyaris dèmpèt ini, pse antisipasi kalo’ terjadi interaksi antara kedua segmen pada waktu tun- ing.
OK, guys— let’s try it, es GL (!)
[73]
No comments:
Post a Comment