Ngobrol Ngalor Ngidul 0306
Z-Match Tuner/Zee Matcher, bagian II
Pertengahan 1994, YBØKO merakit prototype Z-matcher dari artikel Bill Orr, W6SAI, diCQ 09/93. Karenaketerbatasan tempat pada BeON 05/III berikut adalah lanjutan dari uraiannya.
Kapasitor C1 pada rangkaian ini langsung dilewati RF, jadi kudu dipasang floating terhadap ground. Body dan asnya ‘nggak boleh kena, kesambung, bersing- gung atau 'nyenggol chassis dan pa- nel depan, belakang serta samping, supaya jari operatornya ‘nggak keslomot RF! W6SAI menganjur- kan pemakaian Vernier (slow motion) dial untuk memperbesar rasio per- putaran kenop kedua kapasitor va- riabel — jadi semacam fine tuning untuk mendapatkan penyetelan yang akurat, sekalian untuk mengu- rangi resiko kenop keputer waktu‘nggak sengaja kesenggol. Tapi, barang ginian sudah susah dicari di sini, kalau ‘nggak dapat ya ‘nggak apa-apa, karena mungkin justru lebih enak buat yang sering pindah band karena proses tuning bisa lebih cepat: tinggal SRAT-SRET, naik atawa turun!
Untuk C1 dipakai kapasitor variabel 150 pF ex Command Set (sisa pe- rang Korea tahun ‘50an) yang dipa- ralel (padding) dengan kapasitor mi- ka 200 pF/2000 kV dan untuk C2 dipakai 2 seksi dari kapasitor varia- bel 3 gang dari jaman receiver tabung (semua komponen diprèthèli dari SPC Transmatch yang pernah di- rakit sebelumnya). Untuk L dipakai koker dari sok (penyambung) pipa PVC (pralon) Ø 1,5" (jadi ‘nggak usah harus memotong dari pipa utuh), dengan lilitan kawat email 1,2 mm untuk L1 dan kawat serabut 2 mm untuk L2 (lha wong adanya cuma itu). Karena yang dipaké memang “onderdil jaman baheula” yang serba bongsor & gede ukurannya, begitu jadi & dimasukin ko- tak (bekas SPC Transmatch ho- mebrew), ukurannya lebih gede dari TS120V yang dipaké sehari-hari.
Pengaturan & Petunjuk Operasi
W6SAI bilang ATU ini bisa mencakup semua band dari 80 sampai 10 meter termasuk WARC band, jadi begitu proses perakitan selesai, pertama perlu dicek cakupan frekuensi rangkaian tuner. Kalau dengan perangkat yang ada band 80 m ‘nggak bisa keudak, bisa dicoba dengan mengolor (merenggangkan), me- nambah jumlah lilitan, atau mem- paralel masing-masing C dengan kapasitor 100-200 pF seperti yang disebutkan di atas. Proses sebalik- nya tentunya harus dilakukan kalau coverage tidak bisa 'nyampai ke 10 m (lilitan bagian atas kudu sedikit dirapatkan), walaupun kaya’nya ca- kupan di 80-40 m biasanya lebih di- prioritaskan karena kebanyakan di 2 band inilah dipakai berbagai versi compromising antenna, sedang di hi- band (20 m ke atas) lebih mungkin merakit dan menala antena yang PAS untuk masing-masing band sehingga ’nggak perlu susah-susah harus pakai tuner.
Pada pemakaiannya, untuk mem- percepat proses tuning (biar ‘nggak kelamaan mantheng carrier) seperti biasa monitor dulu frekuensi ko- song dekat frekuensi yang sering dipakai (misalnya di 7,053 MHz un- tuk 40 m atau 3,858 Mhz untuk 80 m), kemudian putar C1 dan C2 (se- mula di set di posisi tengah/jam 12:00) bergantian sampai terdengar noise paling keras di receiver. Posisi ini biasanya sudah mendekati posisi resonant dan/atau match yang dicari. Ubah tranceiver ke posisi tune kalau ada atau ke posisi CW, tapi kurangi drive atau carrier sehingga power yang keluar sekadar cukup untuk 'ngego- yang jarum SWR meter yang tentunya sudah di set pada sensitivity mak- simum pada band yang dipakai), kemudian pelan-pelan putar C2 sambil dipelothoti apakah SWRnya sudah mau turun.
Putar lagi C1 pelan-pelan untuk mendapat nilai kapasitas lebih besar (ini mengoptimalkan fungsi filtering dan penekanan frekuensi harmo- nis), terus diikuti dengan memain- kan C2 kembali. Kalau ‘nggak bisa didapati SWR yang lebih rendah ya kembaliin posisi C1 ke nilai kapasi- tas yang lebih kecil dari posisi awal, en trus
ulangi proses ini sampai ke- temu SWR < 1,5 : 1. Ini sudah cu- kup aman untuk kebanyakan HF transceiver, tapi buat yang masih pe- nasaran sila ambil jeda ±2 menit untuk ‘ngedinginin PA dan 'nge- check di receiver, siapa tahu ada yang protes karena ketimpa, kemudian ulang proses tuning sampai ketemu posisi SWR 'njèndèr 1 : 1. Dari posisi ini Z-matcher akan mudah diba- wa QSY-ing ke atas bawah, karena biasanya
hanya dibutuhkan sedikit sentuhan pada C2 untuk adjustment dan memulihkan nilai SWR, C1 se- kali posisinya untuk band tertentu sudah ketemu, biasanya ‘nggak perlu diubah lagi untuk coverage se- kitar 200-300 kHz di band tersebut. Catat posisi C1 dan C2 sebagai acu- an, ulangi proses ini untuk mencari posisi penyetelan di band lain.
W6SAI mencoba tunernya dengan off center fed 40 m dipole, sedangkan YBØKO memakai 40 m
ground pla- ne buatan sendiri (cuma dari kabel speaker biasa) dengan 3 radial (akhirnya dicopotin sampai tinggal 1 saja), dengan feed point ±5 m di atas tanah. Supaya bisa bekerja multi- band, feeder yang semula coax diganti dengan open wire sepanjang ±6 m ke tuner. Dengan asumsi pada kondisi instalasi yang sama (ketinggian feed point, ukuran antena dan lainnya) antena vertikal sebagai low angle radiator lebih berani untuk DXing ketimbang horizontal antenna, YBØKO mencoba masuk pada CQ DX Bill, VK6ACY di 3,7985 Mhz pagi hari (22:50 UTC) tanggal 20 Agustus 1994. Dengan kondisi band yang marginal: QRM dari AMers, matahari mulai naik, high noise (sisa- sisa hujan meteor Perseid 'kali?) dan kondisi yang “almost at the
bottom of sun spot cycle” (band lain be- ner-bener mati waktu itu), sekali panggil ternyata bisa masuk dengan MY 5.6/7 dan HIS 5.8/9 report. Lumayan ‘kan, karena dengan efisi- ensi dari antena yang 1/8λ di 80 m, di ujung antena sono sinyal TenTec Scout 555 yang dipakai paling cuma keluar ±25 W (dari Po max 50 W). Daily ragchewing di 80 dan 40 m sela- ma beberapa bulan (sampai Okto- ber ‘94) dengan call area Ø-9, 9M2,9M8, DU lands dan occasional DX QSO di band lain membuktikan bahwa konfigurasi Z- matcher + Mul- tiband GP memberikan hasil jauh di atas ekspektasi semula, terutama di 80 m mengingat panjang elemen sekadar timbang pas. Akhir Okto- ber '94 ground plane (sekarang sudah berubah bentuk dan fungsi jadi cen- ter fed bent dipole/L antenna) diganti dengan G5RV yang gantian di feed baik lewat coax atau open wirenya dilangsungkan ke tuner; trus juga pada beberapa kesempatan, Z-matcher diajak WKG PORTABLE dengan berbagai make shift antenna: Doublet 10 meteran, sloping G5RV (full/half size), Delta Loop (untuk hi-band) de- ngan open wire, coax atau TV feeder. Nyatanya, konfigurasi Scout 555 + Z-matcher + berjenis antena ini tetap berjaya dan enteng dipakai hopping from band to band 80 sampai 15 m, bahkan di lokasi dan kondisi yang ‘nggak bagus-bagus amat.
Catatan:
Saat krismon, YBØKO sempat menghilang & “cabut” dari call area zero untuk numpang idup di call area
1, nun di kaki Gunung Salak, ping- giran kota Bogor. Untuk memper- siapkan “YBØKO to be back on the air” dari QTH baru, sambil me- nunggu bedug Maghrib selama be- berapa sore di bulan Puasa akhir 1999, YBØKO (sekarang sudah ja- di YBØKO/1) meracik & merakit lagi Z-matcher ini dengan komponen yang dimensinya lebih kecil dari versi prototype di atas. Untuk L-nya dipakai L yang lama, cuma L2-nya diganti dengan 5 lilitan kawat email 1,2 mm seperti yang dipakai di L1 untuk menggantikan lilitan lama. C1 dipakai Varco ± 200 pF ukuran kecil simpenan lama dari junk box (bekas Pi-Section pemancar tabung, kalo’ nggak salah ini doeloe dapet- nya dari Pasarturi, tahun 68’an), sedang untuk C2 dipakai Varco model 2 gang (2 x 215 pF) bekas receiver BC yang masih gampang dicari di pasar Cikapundung, Bandung. Se- mua ini dikemas di chassis alumini- um 1 mm ukuran l 18 x t 6 x d 14 cm yang kompak; disamping untuk memudahkan pengepakan kalau mau dibawa jalan, juga untuk me- nyesuaikan tongkrongannya biar le- bih pantes buat dijejerin rig mungil semacam TenTec Scout 555.
Dengan komponen ukuran kecil ternyata Z-matcher masih ‘nggak ada tanda-tanda jadi anget waktu dipa- kai dengan rig beroutput 100 wattan, dengan berbagai jenis antena yang lagi dieksperimen mau pun dipakai hari-hari (terakhir paké Suburban Multibander rancangan Lofgren, W6JJZ dan SkyLoop rancangan Paul Carr, N4PC). Awal Pebruari 2000, waktu mudik (sebagai YBØKO/3) Z-matcher ini sempat dibawa sowan ke YB3DD (suhu di padepokan TT17) dan dikomentarinya: “Kalau L-nya bisa diganti pakai toroid, dimensinya bisa dibuat lebih ringkas lagi…”. Kebetulan, saat obrolan ini ditulis, YBØKO/1 baru dapat co- motan toroid T-200 bekas prethelan balun 1 kW punya kang Indra, YB1AW/Ø, yang sudah beberapa tahun belakangan ini diangggurin gitu aja. Tinggal cari waktu, kapan sempat ‘nggulung L buat ngganti’in “cerobong asap” pipa PVC 1½” di rangkaian yang lama.
Di kalangan QRPers luar pager ver- si komersiil Z-matcher ini (Emtech ZM-1 dan ZM-2) sangat terkenal, baik yang berbentuk kit maupun ja- di buatan home industry yang banyak berkembang di lingkungan QRPers Amrik. Emtech ZM-2 menyertakan rangkaian SWR bridge sederhana, ‘nggak pakai meter tapi pakai LED untuk penunjukkan proses tuning: kalau LEDnya “mencorong” be- rarti SWRnya masih tinggi, jadi ku- du ditune lagi sambil diamati LED- nya yang pelan-pelan meredup. Syukur kalo’ bisa padam, berarti no reflected power, SWR 1 : 1. Untuk QRP, tuner dirakit dengan Varco plastik (Varicap) 2 x 256 pF yang bisa dicomot dari bekas radio tran- sistor tahun 80’an, dengan toroid FT-36-2 sebagai komponen L-nya, sehingga bentuknya bisa di com- pressed segede telapak tangan, praktis buat ditenteng backpackers atau yang bekerja portable dengan antena ala kadarnya. [73]
DXCC Sulit? ... — Hal. 3
mendapatkannya. Sekarang ada sebuah buku panduan sejenis oleh K1BV maupun RSGB tetapi
menu- rut pendapat saya, belum ada yang menandingi edisi terbitan YB0WR.
Semua ini adalah saran; alangkah baik kalau kita dapat memenuhinya. Buat satu rencana
untuk menguasai semua pada suatu waktu tertentu. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah kesemuanya ini membutuh- kan dukungan dana yang tidak sedi- kit, karena itu
buat rencana sesuai dengan keadaan finansial. Itu sebab kita harus punya komitmen pada
target yang telah kita sesuaikan dengan keadaan, kita bukan meniru orang lain.
[73]
No comments:
Post a Comment