Ngobrol Ngalor Ngidul 0604
Penyalur Petir Pro untuk Aplikasi Radio Amatir
Pendahuluan
Kecuali pada rancangan antena indoor (dalam ruang) dan ground-mounted vertical, kebanyakan antena dipasang terbentang (atau mencuat ke atas pada jenis antena vertikal semisal antena Groundplane) lebih ato paling tinggi dibanding bangunan sekitarnya. Hal ini di beberapa tempat tentunya akan mengun- dang datangnya petir, yang kedahsyatan- nya cukup bikin keder siapapun, apalagi bagi mereka yang sempat mengalami sendiri sambarannya. Karenanya, upaya pencegahan adalah mutlak perlu, apalagi bagi mereka yang tinggal di daerah rawan petir dengan intensitas dan frekuensi sambaran petir yang relatif tinggi. Berba- gai cara dan sistim dikembangkan, dari yang konvensionil sampai yang menge- trapkan teknoloji tinggi (seperti pemakai- an isotop radioaktif), tapi yang diulas beri- kut ini —walau pun masih konvensionil dan tidak bisa dikatakan murah— rasanya cukup memadai dan masih terjangkau (dari segi pembiayaan) untuk pemakaian dilingkungan rekan-rekan amatir.
Artikel ini ditulis oleh OM Alrijanto Abidin, YBØFH*), dan sedianya akan dipaparkan pada acara temu-teknik Murnajati 2006 bulan Juli lalu, tetapi karena padatnya jadwal acara tidak didapatkan slot waktu yang memadai sehingga rencana pemaparan tersebut dibatalkan.
Skematik:
Keterangan Gambar:
1 Batang Tembaga Pejal (Copper Rod)
Di pasar dikenal juga dengan istilah (ujung) Tombak Groun- ding, karena bentuknya yang memang seperti ujung tom- bak/lembing. Cari yang terbu- at dari tembaga murni (atau paling tidak kandungan Cu- nya mendekati 90%), karena sekarang banyak beredar barang serupa dari logam cor-coran yang disepuh temba- ga, atau bahkan yang hanya dicat (disem- prot) dengan warna tembaga. Sebenar- nya untuk bentuknya tidak harus berben- tuk ujung tombak atau runcing, karena pengamatan/riset menunjukkan bahwa tidak dijumpai kelebihan signifikan dalam “menangkap” sambaran petir dibanding- kan dengan bentuk lain, seperti bentuk silindris, bola, ato radial. Faktor utama adalah bahannya HARUS dari bahan tembaga nyaris murni.
2 Pipa besi galvanized
Yang umum dipakai adalah yang Ø mini-mal 3/4”, panjangnya sekedar bisa men- cuat atau nongol 3 – 4 meter dari ba- ngunan sekitar.
3 Kawat Tembaga
Dari jenis Stranded Bare Copper (BC) wire, seyogyanya ambil diameter terbesar yang dianggap praktis (dari segi penanga- nannya), usahakan tidak lebih kecil dari Ø 16 mm. Panjangnya bisa diperhitungkan sendiri, sekedar untuk menghubungkan ujung copper rod di atas s/d sambungan ke Plaat Tembaga (8) di dasar Sumur Pertanahan (7) pada skema.
4 Rangkaian Kapasitor
Dibuat dari (minimal) 2 x 5 lbr/bilah plaat tembaga ukuran 20 (P) x 10 (L) x 0.2 (T) cm yang disolder/las pada 2 buah as dari Copper (tembaga) atau Brass (kuningan) rods Ø > 0,5 cm (seperti bilah-bilah stator pada Varco/variable Condensator hi-vol- tage, lihat gambar di bawah). Jarak antar- bilah pada masing-masing as max. 1 cm, sehingga dalam keadaan kedua as terpa- sang spasi antar bilah jadi sekitar 0.5 cm.
Karena rangkaian kapasitor ini berfungsi untuk “memecah” kekuatan sambaran petir maka seyogya-nya bilah-bilahnya dibuat sebanyak (tapi sepraktis) mungkin.
Kembali karena ruang yang nggak muat, kita wedar nomor 5 (sumur ledakan) ke bawahnya di edisi mendatang…
[73]
*) OM Alrijanto YBØFH pernah mendapat- kan pelatihan khusus tentang penyalur petir (blijkzem afleider) ini sewaktu me- ngikuti kursus tentang instalasi peralatan radio telekomunikasi di Philips Telecom- municatie Industrie (PTI) di Hilversum, Negeri Belanda di tahun 70an.
Penyalur petir macam ini telah banyak Penulis pasang di gedung-gedung tinggi di Jakarta dan beberapa kota besar lain-nya, salah satunya adalah pada menara/ tower radio 100 meter di KOMDAK METRO JAYA, Semanggi, Jakarta.
No comments:
Post a Comment