Saturday, 10 December 2011

Ngobrol Ngalor Ngidul 0705

Ngobrol Ngalor Ngidul 0705

Dual Band (80-40m) no-tuner shortened Dipole


kalo’ ada pertanyaan sila kirim lewat Ja-Um: buletin@orari.net MILIST: orari_news@yahoo.groups.com
JaPri: unclebam@gmail.com


Salah satu obsesi penulis adalah mengembangkan rancangan antena yang bisa  dirakit  sendiri  oleh  mereka yang ‘pingin kerja di low-band HF (80-40m), tetapi terkendala oleh keterbatasan la- han. Antena “impian” ini harus memenuhi design criteria sebagai berikut:

1. Bentangan tidak lebih dari 2 x 10 mtr.;
2. Cukup  broadband  sehingga  bisa  di- paké TANPA ATU di  80-40m;
3. Cukup  efisien  di  band  80m  dimana panjang total antena < 1/4λ;
4. Bahannya mudah didapat dengan har- ga yang terjangkau;
5. Pembuatannya tidak merepotkan mereka dengan kemampuan dan pera- latan berhasta karya yang serba “pas- pasan”.

Dari pengamatan selama 3 tahunan me- makai rig dual-bander (80-40m) TTE T-17 besutan  OM  Supardi,  YB3DD  -  penulis brani menyimpulkan bahwa banyak peng- guna rig ini tidak bisa meng-optimal-kan kinerjanya (terutama di 80m) karena ketiadaan antena yang cukup efisien un- tuk   “mendongkrak”   pancaran   dengan output yang +/- 50 watt itu.

Antena   Vertikal,   kendati   footprint-nya kecil (= hemat lahan) bukan merupakan solusi, karena memerlukan Grounding System yang cukup ekstensip untuk bisa berkinerja optimum — dan ini berarti kem- bali  ke ihwal yang berkaitan dengan lua- san lahan yang cukup untuk menggelar sistim pertanahan tersebut. Lagi pula antena vertikal take-off angle-nya rendah (bagus untuk DX-ing), yang justru kurang menguntungkan bagi rekans yang  mem- butuhkan antena untuk dipakai sehari- hari dengan area cakupan dari Sabang sampé Merauke saja.

Memang ada rancangan trap Dipole (dengan SDL/Spiral Delay Line trap ran- cangan Lattin, W4JRW yang juga dipro- duksi di bengkel YB3DD) atau Loaded Dipole besutan OM Alriyanto YBØFH (yang sudah pernah diulas di BeON), tetapi kembali ini akan menambahkan kerepot- an bagi mereka yang berkantong cekak (kalo’ mesti beli) ato yang berkemam- puan berhasta karya yang tibang pas (kalo’ mesti bikin sendiri, seperti disebut di butir 5 di atas). Kalo’ ‘mbikinnya asal- asalan, bagaimanapun trap dan loading coils akan introducing losses yang dapat mengurangi efisiensinya.

“The  Mistery Antenna” rancangan W5GI yang versi sini-nya sempat penulis coba populerkan sebenarnya nyaris memenuhi kriteria di atas, tetapi bentangan yang 2 x 15 mtr dan kesulitan mendapatkan kabel
TV untuk matching  stub-nya  cukup  mem- buat keder rekans untuk menjajalnya, walo pun kendala ini bisa diatasi dengan mene- kuk bagian ujung yang 5 mtr/sisi itu ke bawah, dan mengganti kabel TV-nya de- ngan open wire buatan sendiri.

Merujuk design criteria di atas, berikut di- wedar rancangan yang penulis kembang- kan dari rancangan klasik Fan Dipole (ato Antena  Kumis  Kucing,  kata  orang  sini), yang aslinya merupakan 2 buah (ato lebih) Dipole yang diumpan jadi satu di feedpoint- nya (lihat Gambar 1).


Untuk     memendekkan     masing-masing Dipole  supaya  bisa  “masuk”  ke  design criteria  butir  pertama  dipakai  dua  kiat pemendekan antena yang berbeda, yaitu dengan   menekuk   (to   bend)   masing- masing ujung sayap ke arah dalam (untuk mendapatkan   sebuah   bent   Dipole   di  40m, Gambar 2), 


dan dengan memakai Linear Loading — yang merupakan kiat pemendekan antena favorit penulis — un- tuk elemen di band 80m (Gambar 3).


Dengan menggabungkan Gambar 2 dan 3 akan  didapatkan  sebuah  Fan  Dipole  de- ngan elemen yang dibonsai (dipendekkan) seperti  yang  diinginkan.  Pengembangan- nya dilakukan lewat beberapa tahap, sam- pai  didapatkan  tongkrongan  akhir  yang paling memenuhi design criteria di atas. 


Pada tahap awal dikembangkan rancang- an seperti di Gambar 4, di mana penulis menggunakan     kabel     dwi-konduktor (penulis paké kabel audio Monster 2x50 sepanjang 10 mtr/sisi), yang dalam kon-Elemen 40m figurasi seperti pada gambar (garis tebal A-A’) difungsikan sebagai sebuah bent- dipole untuk band 40m.

Di titik A’, salah satu dari dua konduktor disambungkan dengan kawat/kabel yang akan berfungsi sebagai konduktor ke 3 (di tengah) pada segmen 3-wire yang membentuk Linear Loading device (LLd) bagi shortened 80m dipole-nya.

Di titik B LLd disambungkan ke kawat/ kabel B-B’ yang berfungsi sebagai pig-tail (kawat penyambung) sepanjang 3 mtr yang melengkapi LLd ini untuk bisa reso- nan di 80m.

Segmen 3-wire ini dirakit dengan   jarak antar konduktor @ 5 cm, dengan meng- gunakan spacer dari potongan pipa PVC. Untuk tidak terlalu mengurangi efisiensi- nya,  jarak  dari  titik  A  ke  B  bisa  dibuat antara 6-8 mtr (penulis mengambil jarak moderat  7,5  mtr  semata  atas  pertim- bangan praktis: ukuran inilah yang bisa “masuk” di teras belakang QTH penulis, sehingga  mempermudah  pengerjaan  di bawah hujan yang hampir tiap hari turun di musim “basah” ini)


Dengan konfigurasi seperti di Gambar 4 masing-masing Dipole ditala (dengan proses pruning & trimming)   untuk reso- nan di 3.860 dan 7.055 MHz yang me- mang penulis niatkan sebagai design fre- quencies rancangan ini (menuruti default frequencies pada T-17). Ternyata konfigu- rasi ini GAGAL memenuhi design criteria butir  2  karena  sempitnya    bandwith  di 80m. Lagipula penggunaan kabel   dwi- konduktor dengan spasi antar-konduktor yang begitu rapat membuat interaksi antar-band yang amat “tajam”, sehingga adjustment di salah satu band akan membuat  titik  resonan  di  band  lainnya lari kemana-mana.


Perbaikan  dilakukan  dengan  memisahkan (splitting) dwi-konduktor dan mem- perbesar jarak antar konduktor (dari se- mula 10 cm menjadi 15 cm)   di titik B, dimana elemen 40m (digambarkan de- ngan garis biru) ditekuk sampé memben- tuk belokan U (U-turn).


Dengan konfigurasi seperti ini penalaan di masing-masing band bisa lebih mudah dilakukan karena tidak lagi ada masalah dengan interaksi antar-elemen.

Untuk memperlebar bandwidth di 80m, segmen pigtail B-B’ kemudian diganti dengan 2-wire open wire, sehingga dida- pakan  tongkrongan akhir seperti di Gambar 6 di halaman berikut.



Insya Allah  di edisi depan  bisa penulis punggah foto-foto proses perakitan Fan Dipole “gado-gado” yang menggabungan dua kiat pemendekan antena ini, serta pertelaan bagaimana penalaan dilaku- kan, terutama proses pruning & trimming segmen B-B’ untuk membuatnya cukup broadband (> 200 KHz) di 80m.


CU then …. [73]

No comments:

Post a Comment