Saturday, 17 December 2011

Ngobrol Ngalor Ngidul 0603

Ngobrol Ngalor Ngidul 0603

Single Wire Line sebagai Saltran, bagian II

Di edisi lalu, kita udah ngebahas aplikasi single-wire line pada antena Windom: sa- lah satu rancangan fenomenal yang ter- nyata dari zaman ke zaman tetap bisa ja- di bahan diskusi yang menarik tentang ki- nerja, kelebihan dan kekurangannya. Mari kita bahas lanjutannya...

Walau pun single-wire line ini mudah in- stalasinya, sebagai saltran paling tidak ada dua kelemahan (disadvantages) yang membuatnya tidak lagi populer (dibanding coaxial dan balanced lines) di zaman mo- dern ini:

1. Karena jalur balik (return circuit ato re- turn path) dari sinyal yang langsung ke ta- nah itu (baca lagi penjelasan di edisi lalu) maka kelakuan ato kinerja antena de- ngan saltran berupa single-wire ini sangat tergantung kepada konduktivitas jenis ta- nah yang ‘ngebentang di bawahnya. Sa- yangnya, dalam praktek (di mana rangkai- an dari antena ke tanah tersebut lewat melalui sambungan-sambungan ke sistim pertanahan dari rig ato perangkat radio di hamsack), sering terjadi tidak didapatkan koneksi ke ground yang bener-bener me- menuhi apa yang dibutuhkan oleh rig-nya, sehingga return path tersebut ikutan tidak bisa tersambung (ke tanah) dengan baik- dan-benar seperti sakmustinya.

2. Saltran itu sendiri ikutan ‘mancar —ato menjadi bagian dari keseluruhan sistim antena yang berfungsi sebagai radiator— justru karena tidak adanya konduktor ke- dua (seperti pada kabel coax di mana ada shield ato outer braid sebagai bayangan/ mirror dari inner conductornya; atau pada balanced lines dimana ada dua konduk- tor) yang bisa meng-cancel medan elek- tromagnetik pada konduktor tunggal ter- sebut. Radiasi akan minimum kalo’ line diterminasi dengan sempurna, karena pa- da kondisi properly terminated ini arus yang lewat konduktor tersebut akan mini- mum juga adanya.

Kelemahan kedua tersebut pada bebera- pa kasus justru menjadi plus point ato ad- vantage tersendiri, seperti pada antena Windom yang disebut di depan, yang ke- unggulannya justru terletak pada saltran- nya yang ikutan ‘mancar tersebut (pada antena jenis ini titik umpan/feedpoint de- ngan impedansi yang sama dengan sal- tran yang sekitar 500an Ω itu dicari di se- panjang bentangan antena, jadi tidak di tengah bentangan antena –center fed– dengan impedansi rendah seperti biasa- nya – lihat lagi gambar di atas). Dari pe- mahaman ini berkembang pendapat (ato teori) bahwa antena Windom sebenarnya lebih berfungsi sebagai sebuah vertikal/ Marconi antenna ketimbang sebagai sem- palan sebuah Dipole.

Merunut teori ini, saltran-nya yang justru berfungsi sebagai radiator utama, se- dangkan bagian flat-top (sisi horizontal) berfungsi sebagai capacitive hat, yang memang biasa dipaké pada antena verti- kal yang ukuran fisiknya tidak bisa dibuat sepanjang 1/4 λ seperti seharusnya. Butir pertama di atas juga menerangkan kena- pa antena Windom bisa bekerja fantastic kalo’ dioperaskan dengan sistim pentana- han/grounding system yang nyaris sem- purna, di mana kondisi dan struktur ta- nah di bawah instalasinya memang men- dukung, seperti dikisahkan bahwa antena Windom akan bekerja sangat baik kalo’ dipaké ‘mancar dari lembah (dengan kan- dungan air tanah yang dekat ke permuka- an), di pantai (tanah/pasirnya mengan- dung garam), ato di bantaran kali...
[73]

No comments:

Post a Comment