Ngobrol Ngalor Ngidul 0208
Sekadar mengingatkan kembali, di akhir edisi yang lalu penulis menjanjikan mo’ngobrolin lebih lanjut tentang quarter-wave lin- ear loaded element serta pemakaiannya pada beberapa macam rancangan lainnya.
Yang sudah diulas di edisi kemarin adalah pemakaian quarter- wave linear loaded element (gimana kalo’ kita singkat aja jadi QWLLE) pada sebuah Dipole (atau Doublet) dan Antena L. Dengan kata lain, kita sudah coba menjajagi kemungkinan aplikasi QWLLE pada rancangan antena 1/2 dan 1/4 lambda (lha iya, pada dasarnya QWLLE itu sendiri kan – sesuai dengan namanya, merupakan bentuk lain dari antena 1/4 lambda yang sekarang sudah diperpendek ukurannya). Trus, gimana kalo’ sekarang kita coba untuk menerapkannya pada rancangan antena 1 lambda? Dalam praktek perantenaan sehari-hari, Antena 1 Lambda lebih dikenal dalam bentuk sebuah LOOP (karenanya disebut juga sebagai Loop Antenna), yaitu seutas kawat atau kabel yang dibentang sedemikian rupa sehingga kedua ujungnya bertemu kembali di satu titik. Ada beberapa bentuk baku Loop Antenna ini, yaitu bentuk SQUARE (Bujur sangkar), DIAMOND (Berlian), DELTA dan RING seperti yang bisa diamati di Gambar 1 berikut ini:
Karena repot dan ribet dari segi konstruksinya, dulu-dulunya berbagai bentuk Loop di atas (apalagi yang berbentuk Ring, nggak kebayang ‘gimana cara mountingnya!) jarang dipakai di rentang band HF, kecuali di segmen Low-bandnya (20, 15 dan 10 m). Ini karena dari awal (sejak ditemukan dan dimanfaatkannya cara kerja antena Loop oleh Clarence Moore, W9LZF di akhir dasawarsa 30’an) yang kebayang adalah bagaimana ‘ngebentang Loop tersebut pada bidang VERTIKALnya (alias pada posisi berdiri).
Sampai tahun 80’an, di berbagai literatur luar pagar paling-paling yang bisa dijumpai adalah rancangan Delta atau Inverted Delta Loop untuk 40 m, yang dibentang dengan menggantungkannya di antara dua batang pohon. Ini pun sudah cukup repot untuk mencari pohon yang cukup tinggi supaya feed point (pada Inverted Delta) bisa berada di ketinggian sekitar 3 meteran di atas tanah. Ada juga yang disebut NOVILOOP 40 m (lihat Gambar 2 sebelah kiri), yang alih-alih (instead of) berbentuk Square, bentuknya “ditarik” ke-kiri-kanan sedemikian rupa sehingga berubah bentuk menjadi sebuah RECTANGULAR atau persegi panjang. Karena current distribution pada bentuk seperti ini susah diramalkan (apalagi kalo’ persegi panjangnya berbentuk acak, asal bisa dikèrèk ke atas aja), banyak pengguna yang lantas kecewa atas kinerjanya (termasuk penulis dan beberapa rekan) sehingga rancangan ini kurang populer.
Kelebihan Antena Loop ketimbang rancangan lain (a.l. Q-factor rendah sehingga gampang penalaannya, ukuran ‘nggak kelewat kritis untuk diikuti, bandwidthnya lebih lebar) mendorong banyak amatir untuk mencari cara non-standard untuk ‘ngebentang Loop ini. Di awal dasawarsa 80’an beberapa amatir mencoba untuk ngebentang Loop ini pada bidang HORIZONTALnya (alias pada posisi tidur), yang lantas menghasilkan rancangan LOOP SKYWIRE ANTENNA seperti yang diwedar oleh Dave Fischer, WØMHS di majalah QST edisi November 1985 (gambar 2 )
Dengan ketinggian bentangan sekitar 10 meter dari permukaan tanah, pengalaman beberapa rekan (a.l. uda Rivai, YB1PRE di Cilegon) dengan Skywire di 80 m cukup menjanjikan (ketimbang sekadar ‘naikin Doublet atau Dipole biasa), tapi ukurannya yang sekitar 20 x 20 m2 itulah yang lantas bikin ciut nyali sesiapa yang mo’ ikutan nyobain.
Nah, disini kita bisa memanfaatkan rancangan QWLLE untuk sedikit meringkas ukuran di atas menjadi sekitar 70%nya, atau sekitar +/- 14 x 14 m2, yang kaya’nya masih bisa ketampung di QTH ukuran kapling BTN.
Maasih kegedéan juga?
Walaupun semula cuma dieksperimen untuk bekerja di Hi-band dan dibentang dengan posisi berdiri, rancangan COMPACT LOOP (CL) dari George Badger W6TC (pertama diulas di majalah HamRadio edisi Oktober, 1979) di Gambar 4 berikut ini layak dijajal di 80 m (atau diumpan paké open wire supaya bisa bekerja multiband).
Eloknya lagi, CL ini bisa dibuat untuk bekerja DUO-band pada harmonik design frequency-nya, misalnya untuk di 80 dan 40 m (kalo’ semula diniatkan untuk kerja 80 m doang), 40 dan 20 m atau 60 dan 30 m (kalo’ suatu saat amatir sini sudah boleh kerja di 5 MHz seperti di AS sono).
Walaupun semula cuma dieksperimen untuk bekerja di Hi-band dan dibentang dengan posisi berdiri, rancangan COMPACT LOOP (CL) dari George Badger W6TC (pertama diulas di majalah HamRadio edisi Oktober, 1979) di Gambar 4 berikut ini layak dijajal di 80 m (atau diumpan paké open wire supaya bisa bekerja multiband).
Eloknya lagi, CL ini bisa dibuat untuk bekerja DUO-band pada harmonik design frequency-nya, misalnya untuk di 80 dan 40 m (kalo’ semula diniatkan untuk kerja 80 m doang), 40 dan 20 m atau 60 dan 30 m (kalo’ suatu saat amatir sini sudah boleh kerja di 5 MHz seperti di AS sono).
Di awal 2001 rancangan CL ini sempat dijajal untuk dibentang horizontal oleh mas Sur, YB1BA - untuk menggantikan the Classic Doublet 135’ (baca lagi Ngobrol Ngalor Ngidul di edisi Mei 2002) yang selama ini beliau paké. Sampé tulisan ini dibuat (Desember2002) kaya’nya mas Sur ‘nggak pernah menyesali keputusan untuk menurunkan the old standby antenanya.
Kalo’ dengan ukuran 10 x 20 m tersebut masih belum juga bisa “masuk” ke ukuran lahan Anda, barulah kita kembangkan imajinasi kita untuk menggantikan elemen (yang toh sudah pendek tersebut) dengan QWLLE tadi, sehingga didapatkan ukuran “terakhir” yang cuma sekitar 6,75 x 14 meteran (dus bakal pas bener buat ukuran kapling 105 m2 yang 7 x 15 m itu, silah amati prosesnya di Gb 5).
Gambar 5: Metamorfosa bentuk Antena Dual Band CL 80-40 m untuk bisa masuk ukuran kapling 105 m2.
Buat yang ‘nggak atau belon yakin bahwa Loop dengan ukuran segitu mau dan bisa bekerja dengan baik di 80 m, di edisi depan penulis coba untuk “membedah” rancangan CL ini dengan menyusuri kembali bagaimana OM Badger, W6TC mereka-reka rancangannya hampir seperempat abad yang lalu.
Oh ya, sekadar catatan tambahan: Selama ini penulis pakai Doublet (dan L antena) dengan konfigurasi seperti di Gambar 3 di edisi bulan lalu. Pengalaman (dan pengamatan) mas Dar, YC1CYD dan beberapa rekan Depok lainnya dengan QWLLE Dipole untuk 80 m (sekitar 14 meteran untuk tiap sisi) menunjukkan bahwa dengan membalik posisi tiap sisi (dengan Linear Load- ing device di ujung luar elemen, lihat Gambar 6) bisa didapatkan bandwidth yang lebih lebar (sekitar 200 kc di 80 m tersebut).
Kalo’ benar demikian adanya, ini membuktikan pula kesahihan hipotesa yang menyebutkan bahwa kinerja optimal sebuah load- ing device –apa pun bentuknya— akan didapatkan kalo’ loading device tersebut dipasang/diposisikan pada sisi luar atau ujung yang paling jauh dari feed point (baca ulang tentang loading coil di Ngobrol Ngalor Ngidul edisi September 2002).
Akhirul kalam, penulis tutup syiar kali ini dengan kata bijak dari sesama rekan amatir, ditujukan buat mereka yang masih ayal- ayalan (hesitating) untuk naikin sendiri antenanya, lantaran bingung untuk memilih rancangan macam mana yang paling bagus kinerjanya:
Do your antenna homework and put up the best you can for your situation and enjoy...! (Joel, KE1LA)
Do your antenna homework and put up the best you can for your situation and enjoy...! (Joel, KE1LA)
Tapsirannya sih terpulang pada masing- masing individu, tapi yang tersirat kaya’nya adalah kenyataan bahwa rancangan antena yang kinerjanya bagus di tempat rekan lain belum tentu bakal cocok di tempat kita, lhah ya karena ‘nggak cocok dg SIKON setempat, apa itu ‘nyangkut ukuran lahan, lingkungan setempat (termasuk bagaimana YF, mertua, atau tetangga menyikapi klangenan/hobby kita), tebel tipisnya dompet, dsb.
Jadi, nggak usah ragu ‘lah, buat aja antena semampu Anda bisa buat, trus manfaatkan semua teori yang diwedar di beberapa edisi untuk mengoptimalkan kinerjanya. Yakinlah, dengan modal ilmu (yang masih ala kadarnya ini), kalo’ pas pengetrapannya, bisa- bisa kinerja antena pas-pasan Anda bisa melebihi atau paling
‘nggak setara dengan antena rekan lain yang kebetulan beruntung SIKONnya sedikit berlebih ketimbang Anda.
So, until then, just stay tuned ES 73!...
No comments:
Post a Comment