Sunday, 4 December 2011

Ngobrol Ngalor Ngidul 0206

Ngobrol Ngalor Ngidul 0206


Sekadar mengingatkan kembali, di edisi September 2002 lalu, penulis menjanjikan untuk  membedah lebih lanjut tentang LINEAR LOADING, yang dipilih oleh banyak perancang dan perakit(serta pabrik) antena karena:  
a) low loss
b) TIDAK mengubah karakteristik antena atau setidaknya akan 20% lebih panjang dari selisih antara panjang
memberikan kinerja yang PALING MENDEKATI kinerja ukuran fisik elemen utuh (L NORMAL) dengan total panjang aslinya
c) Q-factornya rendah sehingga bandwidthnya lebar; karenanya elemen yang dipendekkan (L SHORT ukuran-ukuran TIDAK terlalu kritis untuk diikuti
d) pembuatannya paling mudah dan tidak menuntut ketelitian Dalam pengetrapannya, bisa diambil sebagai contoh kasus kalo’misalnya lahan yang ada hanya memungkinkan untuk merentang dengan presisi tinggi (dibanding dengan misalnya   pada pembuatan trap)   

Loading device-nya sendiri dibuat dengan menekuk atau melipat sekali (gambar A) atau beberapa kali- sperti membuat sebuah loop - drbagian dari kawat atau elemen antena yang mau dipendekan dengan lipatan / tekukan yang dibuat searah dengan bentangan elemen itu sendiri

Kalo’ bahan antenanya sudah kadung dipotong-potong (kalo’ elemen dibuat dari tubing  tentunya nggak bisa - atau ‘nggak gampang- buat ditekuk-tekuk ‘kan?), ya bagian yang hilang terpotong tersebut digantikan dengan potongan-potongan kawat/ tubing yang ditaruh berjajar dan lantas dishort atau dijumper ujung- ujungnya (gambar B)

Trus, gimana cara ‘ngitung berapa panjang bagian yang diubah bentuk jadi linear loading device ini? Lha di sini susahnya, sedikit sekali literatur atau publikasi yang ‘ngebahas tentang linear load- ing, sehingga tidak mudah mendapatkan contoh buat dicontèk atau rumus untuk diikuti.

Dari buku bertajuk Antena for Low Band DX-ing besutan John Devoldere, ON4UN (TOP-rank  low band DXer dan Contestant) dan tulisan beberapa larik di ARRL Antena Handbook pada beberapa edisi, penulis coba mereka-reka sebuah rumus yang dapat dipakai untuk sekadar ancar-ancar pemotongan kawat atau tubing:  


Dalam pengetrapannya, bisa diambil sebagai contoh kasus kalo’misalnya lahan yang ada hanya emungkinkan untuk merentang sebuah Doublet sepanjang 14 mtr (= L), padahal antena diniatkan untuk bekerja di 40 M, katakanlah dengan 7,055 MHz sebagai design frequency. Untuk resonan di 7,055 MHz, merujuk pada rumus perhitungan antena Dipole di beberapa edisi yang lalu elemen harus dibuat sepanjang 20,27 mtr (= L SHORT
), atau biar gampang buletin saja angkanya jadi 20. Dengan rumus di atas bisa dihitung L = (20 - 14) + (10-20%) = ±7 mtr, atau pada masing-masing kaki Doublet buatkan Loading device sepanjang 7/2 = 3,5 meteran. Angka perolehan yang @ 3,5 meteran ini ‘nggak kritis-kritis amat untuk diikuti, karena kalo’ toh mau mencari ukuran yang resonan di frekuensi desain 7,055 MHz, nanti pada waktu proses penalaan bisa dilakukan dengan memotong atau menambahkan pada sisa (ujung-ujung) elemen yang kemlèwèr tadi (bagian yang dekat huruf B pada gambar di atas)!

Kembali merujuk kepada literatur, di majalah CQ Ham Radio (terbitan JARL, Jepang)  edisi 08/82 halaman 278 penulis temukan rancangan antena Linear loaded Dipole 40M seperti yang ada digambar berikut:



Keterangan:
Panjang elemen per sisi = 3,18 (untuk Loadingnya) + 3,65 mtr = 6,83 mtr. Spacer dan isolator dari pipa PVC atau Acrylic sheet 2-3 mm

Ternyata walau pun bahan yang dipakai berbeda (kawat vs. tubing aluminium), bentuk fisik dan ukuran di gambar di atas mirip sekali dengan antena Linear Loaded 40 M Dipole buatan pabrik KLM, sehingga penulis ‘nggak banyak ragu waktu pingin ‘nyontèk rancangen ex Jepun tersebut. Mungkin karena capacitance effect dari jenis kabel yang dipakai untuk merakit antena ini (NYAF 2 mm), pada rakitan penulis resonansi di 7,055
MHz didapat total panjang elemen cuma 6,74 mtr. Dengan dimensi akhir yang +/- 70% dari ukuran asli tersebut (salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kinerja yang ‘nggak kelewat melèncèng dari aslinya), ternyata cukup memuaskan hasilnya.

Dari “prototype” contèkan tersebut penulis pernah ‘ngembangkan lagi bermacam jenis  antena (bukan sekadar Dipole 40 M doank), baik untuk dipaké di home-base mau pun untuk dibawa jalan ke mana-menong, antara lain waktu pulang mudik atawa buat dibawa working portable ke beberapa tempat beberapa taon lalu. (more on that in the next edition)

So, stay tuned ES 73, guys…


No comments:

Post a Comment