Masih Ingat ‘kan Ya? 0510
Rancangan Antena Untuk DXing di Low-Band (160 m), bagian II
DX-ing di top band (160M) merupakan ambisi ato katakanlah mimpi (the ultima- te dream) bagi para amatir yang memang menekuni sisi-sisi “susah” dari hobinya. Edisi lalu kita udah ngebahas setengah jalan mengenai Shorted Vertical Antenna. Sekarang mari komplitkan bahasannya...
Untuk 160M, Les Moxon G6XN di buku "HF antennas for all locations" menganjur- kan jarak minimal 32’ (9,77 mtr) DPT/dari permukaan tanah untuk minimizing the ground losses tersebut. BTW, ingat ante- na L yang pernah diulas di kolom ini bebe- rapa waktu lalu? Singkat kata, antena L (yang aslinya berupa center-fed-900 bent- dipole dengan linear loaded element un- tuk 40m, tapi dibuat bisa bekerja sebagai Multibander dengan memakai parallel- balanced-open wire sebagai feeder line menggantikan coax) bekerja sebagai se- buah antena vertikal yang “dipaksa kerja” dengan SATU radial saja – ternyata efisi- ensinya tidak melorot jauh banget (pada contoh soal disebutkan antena L dengan panjang elektrik hanya ± 1/8λ untuk 80m dan feedpoint yang “mengapung” sekitar 5 meteran DPT di DX window masih bisa dipakai untuk QRP-QSO dengan voice ke Perth di pantai barat VK-land). Sebenar- nya rancangan antenna L ini diilhami ran- cangan “roof-mounted” antenna (dengan panjang sisi vertikal & horisontal sama- sama 30 feet) yang dijumpai di buku Antenna Anthology besutan ARRL di akhir 70an (dan beberapa edisi ARRL Hand- book dan Antenna Handbook tahun-tahun sesudahnya).
Nah, kita mengaplikasikan akal-akalan ini pada rancangan Multee. Taruhlah tiang (ato pohon kelapa, kalo’ perlu disambung bambu) yang ada tinggi- nya sekitar 20 m, dengan demikian “titik terminasi” (untuk selanjutnya disingkat TT) bisa mengapung di ketinggian sekitar 5 mtr DPT, cukuplah untuk ‘nggak ‘nyrim- petin orang yang lewat dibawahnya (wa- laupun kalo’ bisa, seperti disebut di atas tambah jauh posisi TT dari permukaan ta- nah, tambah rendah pula take-off angleyang dihasilkan). Dari TT seyogyanya te- tap ditarik kabel ke bawah, yang lantas dikonèk ke ground rod berupa sebatang pi- pa ledeng yang seutuhnya ditancep abis ke tanah (garis solid di gambar edisi lalu). Selain untuk koneksi ke ground, tarikan kabel ini juga untuk menjaga supaya sisi vertikal tetap ‘ngegantung lurus & ‘nggak mobat-mabit ketimpa angin. Pada TT sa- lah satu ujung sisi vertikal dikonèk ke in- ner conductor kabel coax seperti sakmus- tinya, sedangkan ujung sisi satunya diko- nèk ke setidaknya 8 potong radials @ 10 meteran. Untuk menentukan jumlah dan ukuran radials ini bisa dirujuk beberapa “aksioma” tentang OFF-ground radial/counterpoise, antara lain:
1. More short radials are better then less long ones – lebih banyak radial yang walaupun relatip pendek lebih baik ketimbang hanya beberapa ler radial yang panjang;
2. Idealnya radial/counterpoise tersebut dipotong paling tidak sepanjang bentangan antennanya sendiri, dalam hal ini cukup 1/2 x 12,35 m, ato ± 10 meteran.
Untuk memudahkan instalasi, salah satu trik yang pernah penulis lakukan adalah dengan membuat “mounting bracket” da- ri aluminium sheet 2mm ukuran 20 x 10 cm. (lihat A di gambar bawah). Aluminium sheet tersebut ditekuk 900 persis dite- ngah-tengah sehingga membentuk seper- ti huruf L. Pada sisi horizontalnya bikin 6 buah lobang: satu di tengah Ø 5/8” (un- tuk chassis mounted female connector SO-259); 4 lobang di-masing-masing po- jok untuk “mounting” radialnya; 1 lobang di salah satu pinggir sejajar dengan lo- bang yang 5/8” (untuk koneksi ke salah satu ujung open wire); sedangkan di sisi vertikalnya siapkan saja 4 lobang (kalo’ perlu nantinya bisa dipaké untuk ‘nyek- rupkan mounting bracket ini misalnya ke potongan kayu kaso – ato dengan U-clam- ps di mount ke pipa yang sekaligus nyam- bung ke ground rod tadi). Biar ‘nggak ke- repotan, sebaiknya pembuatan lobang di- lakukan sebelum plaat aluminium terse- but ditekuk (gambar B di bawah).
Untuk radialnya siapkan 4 potong @ 10 meteran kabel speaker (yang merah-item, ato kalo’ memang “ado pithi” bisa aja pa- ké kabel audio Monster) ato kabel kelistri- kan di rumah (kenur ato Zip cord), yang berupa kawat serabut (stranded wire) Ø ± 1mm yang dilapis plastik/vynil. Apa pun kabel yang dipilih, cari yang salut/lapis vynilnya tipis tapi rapat melapis kawatnya sehingga tidak mudah ke”sesep”an air (di pasaran banyak dijumpai kabel yang justru lapis plastiknya yang tebel, kawat se- rabutnya sendiri cuma terdiri dari 5-7 ka- wat dengan anyaman yang jarang-jarang). Kalo’ mau rapih, sebaiknya salah satu u- jung diterminasi dengan cableshoe/kabel schoen/sepatu kabel, bisa paké yang ber- bentuk ring, supaya gampang di sekrup- kan di empat pojok mounting bracket. Be- gitu sudah tersekrup rapi, pisahkan/belah kabel yang dua potong jadi satu tersebut dan tarik ke 8 arah dengan sudut antar bentangan yang (seyogyanya) sama (gam- bar C). Ujung-ujung luar radials tersebut bisa diterminasi dengan isolator apapun (potongan pipa PVC, acrylic sheet dsb.), a- sal jangan lupa menutup (meng-seal)-nya baik-baik sehingga kawatnya benar-benar tidak terdadah (exposed) keluar (penulis lakukan dengan menge”cor” ujung-ujung tersebut (+ sekrup, titik-titik solderan dan sambungan-sambungan lainnya) dengan lem epoxy jenis fast-dry —seperti Araldit ato Dextron fast— ato kalo’ lagi bokèk ato sekedar untuk instalasi sementara cukup diolesin aja beberapa kali tebel-tebel de- ngan sisa-sisa cutex/cat kuku). Di sam- ping untuk water + weather proofing su- paya ‘nggak cepat terkorosi, patut diingat bahwa pada waktu transmit radials ini a- kan HOT with RF !!! sehingga mesti diamankan supaya tidak ada oknum lewat di bawahnya yang keslomot (kalau lahan ti- dak memungkinkan, ujung-ujung radials tersebut bisa ditekuk ke samping atau di- klèwèrin ke bawah). Tampak samping mounting bracket tersebut dengan semua “komponen” terpasang (terkonèk, tersol- der, tersekrup) akan seperti yang terpam- pang di gambar (D), walaupun gambar di atas tidak dibuat dengan skala yang benar.
Penalaan dilakukan seperti juga pada rancangan lain, yaitu dengan proses trim- ming & pruning (potong memotong ‘dikit- demi-‘dikit) ujung-ujung sisi tegak pada ti- tik terminasi, sampai didapatkan SWR ter- rendah pada design frequency. Karena sempitnya bandwidth rancangan ini (apa- lagi kalo’ antena ini mau digunakan seba- gai duo-bander) maka pemakaian ATU / antenna tuning unit sangat dianjurkan.
Nah, kita cukupkan sampé di sini dulu ob- rolan tentang antena sederhana yang ser- baguna (bisa untuk TX dan RX) ini, just to encourage the readers — ato sekedar se- bagai “pengetuk pintu” untuk bisa segera ikutan main di topband (160M) yang mys- terious itu. Di edisi depan kita coba ‘nyari gain (atau directive) antena yang seyog- yanya juga cukup manusiawi (‘nurut uku- ran amatir anak negri) serta antena untuk receiving-nya. Akhirul kalam, berikut “pe- san sponsor” dari OM Jo, YC0LOW – jawa- ra Topbander kita yang “turun gunung” sesudah bertapa sejak beberapa tahun belakangan ini (baca tulisan bliauw di halaman-halaman depan edisi ini):
Let’s keep the topband fully alive in YB--- land… Untill then, CU … de bam, ybØko/1.
[73]
No comments:
Post a Comment