Friday, 9 December 2011

Masih Ingat ‘kan Ya? 0509

Masih Ingat ‘kan Ya? 0509

Rancangan Antena Untuk DXing di Low-Band (160 m)

DX-ing di top band (160M) merupakan ambisi ato katakanlah mimpi (the ultima- te dream) bagi para amatir yang memang menekuni sisi-sisi “susah” dari hobinya (jadi bukan mereka yang asal brak-brik- brok doang). Bagi mereka yang berduit, untuk urusan Rig tentunya ‘nggak terlalu jadi masalah, karena rig secanggih apa pun masih bakalan bisa kebeli (‘nggak se- mua transceiver dengan cakupan sampé 160 m bisa receiving dengan baik di band ini), tapi biar duitnya se“kenceng” apapun hampir semuanya mesti mikir dua kali ka- lo’ sudah harus ‘mikirin antena macam mana yang mesti diadain untuk memenu- hi ambisi yang satu ini. 

Buat  urusan ante- na, biasanya para DX-ers lantas ‘ngebo- lak-balik buku setebel ±400 halaman ber- tajuk Antennas and Techniques for Low Band DX-ing besutan John Devoldere ON4UN (Top-band DX-er kelas dunia); ini bisa dianggap sebagai buku pinter yang selalu dirujuk oleh mereka yang pingin ikutan “main” di band ini. Kendala utama untuk ikutan main di 160 m adalah kebe- radaan lahan yang cukup untuk ‘mben- tang antena yang memadai, baik untuk transmitting maupun receiving-nya. Untuk mendapatkan hasil optimal kaya’nya an- tena yang berbeda antara TX dan RX me- rupakan keharusan di band ini (!). Jawara- jawara dari sini, semacam OM Lumban  YB0WR, OM John   Andreas YB0JH (SK), OM Johan YC0LOW dsb. bisa berjaya ka- rena mereka selalu ‘gunakan antena yang terpisah begitu… dan sepertinya untuk re- ceiving antenna Beverage adalah “pilihan pertama” bagi mereka yang memang mumpuni untuk mengadakannya (‘mbi- kinnya sih ‘nggak susah-susah amat, tapi ukurannya itu lho —minimal sepanjang 1λ alias ±160 meter— bikin orang ngepèr (!).

KRITERIA ANTENA UNTUK 160 M 
Pendatang baru di band “aneh” ini (biar lagi ‘ngebuka’-blak bisa-bisa langsung ter- tutup-tup, lantas di band cuma kedenga- ran krosokan noise doang) paling ‘nggak akan memerlukan antena omnidirectional (karena biasanya kita ‘nggak tau bukaan lagi ke arah mana) dengan take-off angle rendah (untuk bisa ‘nge-DX), baru nanti dipikirin gain antena yang sekiranya ma- sih di dalam jangkauan untuk bisa diada- in. Yang pertama terpikir tentunya antena dipole ato berjenis variantnya, tetapi kem- bali ke urusan lahan, ukuran dipole de- ngan bentangan yang ±80 m itu tentunya bakal bikin ciut nyali kebanyakan amatir radio… Kalo’ DI-pole ‘nggak terjangkau, bagaimana kalo’ lantas ‘nyobain MONO- pole (DI►dua, MONO►satu, pole►tiang) aja? Nah, Monopole ato vertikal antenna paling sederhana adalah quarter wave vertical dengan ukuran ketinggian 40 me- teran, yang toh masih lebih tinggi dari po- hon kelapa ukuran sedeng!

SHORTED VERTICAL ANTENNA
Untuk ‘nyari rancangan yang agak “manu- siawi” - yang bisa digantung ato dibentang di antara pepohonan kelapa (kalo’ dapat site di tepi pantai, yang sebenarnya amat ideal dari sisi groundingnya), cemara ato pinus (kalo’ dapat site di villa ato resort di pebukitan ato kaki gunung), dari satu publikasi ARRL dicomot rancangan Multee Antenna seperti gambar berikut:


Multee antenna bisa bekerja sebagai duo- bander antenna, dengan ukuran-ukuran pada gambar akan didapat antena yang bekerja di band 160 dan 80 m. Tentunya rancangan ini juga bisa di scale-down bu- at mereka yang mau nge-DX di 80-40 m dari QTH  dengan lahan terbatas, dengan membagi 2 ukuran-ukuran tersebut. Ja- ngan terkecoh dengan tongkrongannya yang mirip 40 m folded dipole tersebut (!), karena di 160 m rancangan ini akan be- kerja sebagai sebuah TOP-loaded vertical, di mana flat top/sisi horizontal yang 2 x
10,65  m itu berfungsi sebagai Capacitive- hat bagi element vertical yang 15,85 m.

Walau pun sebenarnya sisi vertikal mau pun horizontal bisa dibikin dari open---wire dengan ukuran spasi (jarak antar kawat) yang sama, kalo’ spasinya terlalu kecil (5- 10 cm) dikhawatirkan sisi horizontalnya bakal gampang keplintar-plintir begitu di- naikin, karenanya demi kemudahan insta- lasi biasanya lantas diambil spasi 30-40 cm untuk sisi horizontal ini (seperti yang dilakukan rekans kalo’ bikin Folded Dipo- le). Untuk sisi vertikal spasi kecil ‘nggak jadi masalah, karena biasanya pada in- stalasinya memang sengaja diplintir (se- tiap 30-40 cm) supaya bisa tetap tergan- tung lurus dan ‘nggak mobat-mabit ketiup angin, yang disamping membuatnya gam- pang putus juga dikhawatirkan meng- ganggu karakter balanced-nya. Mesti di- ingat, di 160 m, sisi tegak yang 15.85 m itu (+ capacitive hat-nya) berfungsi seba- gai radiating element dengan current ma- xima pada feed point yang ditandai de- ngan “titik terminasi” pada gambar; ma- kanya bisa di feed langsung dengan coax 50 Ω pada titik dengan low impedance tersebut. 

Di 80 m, sisi vertikal berfungsi sebagai balanced open-wire matching transformer yang men”jodoh”kan impe- dansi di feed point ½λ dipole (yang dite- kuk ke atas dan ujung-ujungnya disatu- kan, sehingga secara fisik bentangannya tinggal ±¼λ saja) dengan impedansi 50 Ω coax feeder ke TX. Karenanya, usahakan sisi vertikal ini bisa bener-bener tergan- tung lurus dan terbebas dari metallic ob- ject apa pun yang mungkin bakal menga- cokan fungsi atau kerjanya yang memang berbeda pada ke dua band tersebut. Un- tuk mengurangi bentangan (span)-nya (ato mengurangi jumlah tiang), Multee an- tenna ini juga bisa dibentang membentuk Inverted Vee biasa. Kalo mast/tiangnya dari pipa ato besi siku, usahakan sisi te- gak tergantung ±50-100 cm dari tiang ter- sebut supaya tidak terjadi interaksi antar mast dan antena.

RADIAL SYSTEM
Menyadari bahwa kunci keberhasilan se- buah vertical antenna adalah keharusan adanya radial system yang nyaris sempur- na, brani tarohan begitu mengamati gam- bar di atas paling ‘nggak 60% dari pemba- ca sudah males duluan untuk ‘ngejajal rancangan ini. Teks asli naskah ini meng- syaratkan untuk membentang minimal 20 radial sepanjang 16-18 m (untuk 160 m) ato 8-10 m (untuk 80 m) di bawah “titik terminasi” pada gambar.

Pada pemasangan antena vertikal, salah satu “trick” untuk mengurangi jumlah ra- dial adalah dengan memasangnya secara OFF-ground, ato menjauhi tanah… dengan demikian mengurangi losses konduktivi- tas tanah di bawahnya (yang sekalian juga bisa menurunkan take off angle-nya).

Karena keterbatasan tempat, mari kita lanjut bahasan elemen radial di edisi de- pan. Akhirul kalam, berikut “pesan spon- sor” dari OM Jo, YC0LOW – jawara Top- bander kita yang baru “turun gunung” se- sudah bertapa sejak beberapa tahun be- lakangan ini (baca tulisan bliauw di hala- man-halaman depan edisi ini): Let’s keep the topband fully alive in YB---land... Untill then, CU… de bam, ybØko/1.

[73]

No comments:

Post a Comment