Friday, 9 December 2011

Ngobrol Ngalor Ngidul 0608

Ngobrol Ngalor Ngidul 0608

NO TUNER Multiband Dipole, bagian III

Pengantar:
Salah satu di antara sekian banyak obse- si penulis adalah untuk mendapatkan se- buah desain antena Multibander yang bisa menjadi pilihan bagi para HF-mania yang ’pingin naikin antena pertamanya. Edisi kemarin kita sudah nguprek antena G5RV, W6JJZ Suburban Multbander serta titik resonan tiap segmen, sehingga terja- di log periodic effect yang berperan pula pada upaya broadbanding keseluruhan konfigurasi antena. Sekarang kita wedar akhir dari tulisan ini mengenai Corek-orekan penulis mengenai NO TUNER Multiband Antenna.

NO Tuner Multiband Antenna
SWR plot the Mistery antenna di low band-nya menyemangati niatan penulis untuk ’ngeksperimen lebih lanjut rancangan ini dengan mengetrapkan berbagai kiat sebagai upaya penyempurnaan ki- nerja W5GI tersebut untuk mendapatkan rancangan antena Multiband  80-10 m yang bisa memenuhi 4 butir design parameters yang disebut di awal tulisan, antara lain:


· Instalasi dilakukan dengan menekuk (bending) ujung-ujung bentangan ante- na sehingga didapatkan konfigurasi bent dipole berbentuk Inverted U , yang di samping untuk mendapatkan efek capacitive loading (yang dapat memperpendek ukuran fisik elemen) juga untuk mendapatkan bentangan yang tidak lebih dari 20 meter (parameter # 3);
· Menurunkan Q-factor antena untuk membuatnya lebih broadband sehingga penunjukan SWR bisa ditekan untuk tidak lebih dari 1 : 1.5 — terutama di low-band — supaya dapat dioperasikan TANPA Tuner (parameter # 4).

Melewati beberapa tahap bongkar-pa- sang, akhirnya untuk penurunan Q-factor didapatkan solusi dengan memperbesar diameter masing-masing Segmen A   dan C. Kedua  segmen yang semula berupa single wire diganti dengan kabel speaker kabel Monster  yang 2x80 untuk Segmen A, sedangkan Segmen C  diganti dengan 3-wire yang diparalel.

Segmen A yang sekarang terdiri dari dua ler kawat tersebut di short di ujung yang dikonèk ke inner conductor dari coax Segmen B, untuk meng-simulasi-kan sepotong sleeved element, sedangkan penggunaan multi-wire pada segmen C diadaptasi dari rancangan Double Bazoo- ka yang terkenal broadband itu.

Pelebaran bandwidth akibat menurunnya Q-factor ini diharapkan dapat menggeser titik resonan tiap segmen, sehingga terja- di log periodic effect yang berperan pula pada upaya broadbanding keseluruhan konfigurasi antena.
Pengerjaannya
Penulis mengambil jalan pintas dengan memathok ukuran 5 meter untuk masing- masing segmen, tapi buat the perfection- ist pengerjaan bisa diawali dengan mem- buat dulu sebuah dipole untuk band 20 m dari kabel/kawat biasa (ukuran satu sayap dihitung dengan rumus

L =  71.3/f

yang langsung difeed dari TX dengan 6-7 meter coax (1/2λxVF pada 20 m).

Dipole ditala di 14.175 MHz (frekuensi tengah band 20 m yang lebarnya 350 KHz itu). Begitu ketemu ukuran yang pas, ukuran ini dipaké sebagai acuan untuk memotong coax (segmen B).

Berikutnya adalah ‘ngebahan untuk Segmen A dan C, yang dari apapun bahan untuk membuatnya (seperti yang penulis contohkan dengan memakai kabel speaker dan kabel 3-wire untuk masing- masing segmen), usahakan untuk mendapatkan titik resonan di bawah, tarohlah di frekuensi 14.000 MHz untuk segmen A   — dan di atas, misalnya di 14.500 MHz untuk segmen C, untuk mendapatkan cakupan 500 KHz sepanjang band 20m itu. Proses penalaan Segmen A dan C  ini dilakukan dengan menggantikan kawat/kabel yang semula dibentang di ujung coax yang 5 meteran tadi (ingat, ... JANGAN merobah ukuran panjang coax yang sudah dipo- tong menurut rumus tadi, karena ukuran segitulah yang memang sesuai dengan sikon di tempat/lahan Anda!)

Sebagai matching stub penulis paké 8.5 meter 300  ohm low-loss foam dielectric TV-Twinlead kluaran Radio Shack type 15-1175 (kecipratan sepotong @ 10 mtr dari blanjaan OM Ika, YB3IK dari Whiskey- land). Ukuran diambil dengan memperhitungkan VF = 0.82 — 0.85 seperti disebut di sebelumnya. Kalo’  toh susssah menda- patkan TV-Twinlead yang mesti ‘ngimport ‘gini, seperti juga disebutkan di depan matching stub ini bisa dibikin dari parallel open wire jenis apapun —-termasuk tentunya yang swayasa/homebrew—, cuma aja mesti tlatèn untuk mencari ukuran panjang yang pas kalo’ tidak diketahui brapa nilai VF-nya (menghadapi sikon ‘gini penulis biasanya memperkira- kan VF = ± 0.95, yang lantas dipotong dikit-dikit pada proses penalaan)

Mengantisipasi  reactance yang bervariasi pada masing-masing band, di titik sam- bung antara matching stub dengan coax (feederline) ke TX penulis selakan sebuah Choke Balun yang dibuat dengan meng- gulung ujung atas coax sebanyak 6-8 gulungan dengan Ø ± 25 cm, SEBELUM disambungkan ke ujung bawah matching stub (lihat di gambar).

Maka  jadilah tongkrongan seperti di atas, yang begitu dicoba (awalnya pada keting- gian feedpoint dan kedua ujung sekitar 10 meter), ternyata menunjukkan kinerja yang nyaris memenuhi ekspektasi: di sepanjang band 80 m yang 400 kHz tersebut SWR tidak bergerak melewati 1:1.3, sedangkan di 40 m SWR bener- bener flat 1:1 dari 7.000—7.100  MHz. Agak mencengangkan adalah SWR 1:1.4 di sepanjang band 20m yang 350  KHz itu, karena dengan design frequency yang justru di band ini semula diharapkan SWR di sini bisa 1:<1.2. Di 15 m dan voice segment 10 m (28.500 MHz ke atas) didapatkan SWR 1:<1.4.

Baru beberapa hari diujicoba, angin gedé di Bogor mematahduakan tiang bambu di salah satu ujung dan menekuk pipa aluminium 1.25” (bekas boom Cubical Quad) yang disambung dengan pipa galvanized 1,5” di ujung lain, sehingga penulis mesti grounded bebera- pa minggu. Kemunculan berikut keting- gian feedpoint naik jadi 15 meter dengan bentangan yang sloping ke ketinggian 9 meter DPT di ujung-ujungnya.

Karena sudut bentangan di feedpoint jadi terlalu kuncup, kinerja antena malah agak ‘ngaco, sehingga akhirnya feedpoint diturunkan jadi 13 meter saja. Ujung 3- wire dipotong sekitar 1 meter untuk ‘nguber log periodic effect yang disebut di depan, tapi SWR plot jadi agak berobah:

80m  1: 1.3 (bandwidth 400 KHz)
40m  1: 1.1
20m  1: 1.4  (350 KHz)
15m  1: 1.4
10m  1: 1.4  (28.500– 28.900 MHz)

Memang  penalaan belum dilakukan seca- ra optimal tapi dengan SWR plot sema- cam itu penulis lantas brani bilang: Lang- kah pencarian sebuah NO Tuner Multiband Antenna sepertinya sudah menapak ke arah yang pas, tinggal ditekuni lagi ‘dikit —di fine tune— untuk menu- runkan SWR di hi-band.

Sebenarnya concern penulis lebih pada kinerja di lo-band, karena bagi mereka yang memang lebih rutin main di hi-band tentunya akan lebih praktis untuk bikin individual Gain---antenna di masing-masing band, karena ukuran (dan pengerjaannya) relatip lebih terjangkau untuk dikerjain
ato di-homebrew sendiri.

So, silakan rekans untuk bereksperimen lebih lanjut— karena bagaimana pun ba- gus sebuah desain tentunya masih diper- lukan adjustment di sana-sini untuk di- adaptasikan dengan sikon setempat. Sekadar hints: mungkin bisa dijajal meng- ganti salah satu segmen A   ato C  dengan linear loaded element untuk mendapat- kan dimensi yang lebih pendek (taruhlah mulai dengan 70% dari ukuran awal un- tuk tidak mengurangi efisiensinya — baca orèk-orèkan tentang linear loading device ini di BEON Sept-Oct. 2002); ato panjang matching stub-nya yang di-main-in ‘dikit ...

Akhir-ul-kalam .. it’s still room to explore, bro’ ~ to have one of your own, custom- mized for your SIKON (budget, available space, favorite bands ...):

· It’s a SIMPLE design
· It’s EASY to construct
· It WORKS, well (!)
[73]


No comments:

Post a Comment